Sejak Kecil

Sejak kecil aku lahir dengan nama orang sumatra, dari sebuah marga yg cukup terkenal lagi. Ayahku memakai nama itu, juga kakak dan adik2xnya. Begitu juga sepupu-sepupuku.
Walu begitu aku selalu ingin jadi orang Sunda. Mungkin karena aku lahir di tanah Pasundan, besar dan tumbuh disana. Teman-temanku semua orang sunda (ya mungkin ga semua kali ya) dan juga berbahasa sunda.
Saat aku SD aku bermimpi didatangin Kang Ibing dan Aom Kusman. Sejak itu aku berketetapan untuk benar2x menjadi orang Sunda, entah kapan.
Ayahku pasti kecewa bila mengetahui hal ini, karena sebagai anak paling besar aku seharusnya menjadi penerus nama tersebut dan juga contoh bagi adik-adikku. Tapi mudah-mudahan Ibuku akan mengerti.
Baru kali inilah aku berani menyampaikan keinginanku yang mendalam ini dan walaupun begitu tetap saja aku belum bisa memberanikan diri untuk benar2x menyatakan diri pindah menjadi orang Sunda.
Mungkin suatu saat nanti.
πŸ˜€

*NOTES 18 Okt 2005*, dua tahun lewat setelah tulisan diatas ditulis:

Berhubung, posting ini masih saja menerima komen, maka saya memutuskan untuk dikasih keterangan ini.

Posting diatas merupakan posting parodi dari posting seorang blogger lain dalam kasus yang lain. Saya sendiri, walau memang setengah berdarah Sunda, sangat mencintai kenyataan bahwa saya menyandang sebuah marga dan mencintai marga itu pula.

Tidak ada niat untuk merubahnya. Sekali lagi, posting diatas hanya parodi yang harus diliat pada konteks dimana posting tersebut dipublish.

Jangan salah sangka lagi yaaa. πŸ˜€

77 thoughts on “Sejak Kecil”

  1. SUMBANGAN GRATIS dari negara terkemuka dalam rangka memerangi kemiskinan.
    ini bukan iklan.dont worry be happy,021-87902688
    gratis bea siswa study di luar negeri,atau
    gratis modal usaha,SUMBANGAN tanpa syarat gratis
    probleem anda tak ada yang tak teratasi dengan baik,pemerang kemiskinan dinegara ketiga mendapat donatur dari negara terkemuka khusus jawabarat 021-87902688.umar.buruan yang lambat jangan menyesal
    .

  2. Allah telah menghendakimu dan menakdirkan mu untuk dilahirkan menjadi bangsa Mandailing, maka jangan pernah menantang kehendak dan kudrat Allah itu namanya durhaka. dalam hadist qudsi Allah berkata “jika engkau tidak suka dengan apa yang telah Aku tetapkan maka carilah tuhan selain Aku”. cam kan itu.

  3. Allah telah menghendakimu dan menakdirkan mu untuk dilahirkan menjadi bangsa Mandailing, maka jangan pernah menantang kehendak dan kudrat Allah itu namanya durhaka. dalam hadist qudsi Allah berkata “jika engkau tidak suka dengan apa yang telah Aku tetapkan maka carilah tuhan selain Aku”. cam kan itu.

  4. heehe salam keal buat enda. Kita cari yang win win solution saja. Agar enda lebih sunda dari orang sunda, tapa menyinggung dan mengecewakan ayah tercintanya pak nasution. Saran ku, some day ketika lo punya anak laki laki maka berilah dia nama : Nana nasution, pengulanagan nama seperti sunda pisan . dan kultur nama sudanya sudah masuk didalamnya. Bisa juga alternatif lain seperti : Tisna Nasution. atau Naonna Nasution. Etanana Nasution. Bisa huga KAMARANA NASUITION heheh,, anda bebas pilih dan bikin naman lainyya.
    Bia akhirnya anda punya seorang putri si buah hati, maka berilah ia nama SAENA NASUTION
    boleh juga NAMINA NASUTION boleh juga KAWITNA NASUTION.. hehehe manga salam sama kang ibing, aom kusman dan batman,

  5. seharusnya anda bangga dengan Kebatakan anda lae ENDA NASUTION. apalagi Batak Mandailing banyak melahirkan tokoh2 kaliber nasional. orang2 Batak bermarga Nasutionlah yang paling banyak mengharumkan Batak Mandailing, dan semestinya anda juga seperti lae Edi Nasution itu,dia bangga kali dengan Batak Mandailing, contohlah kahanggimu itu
    Horas

  6. Saya orang asli mandailing dan beristrikan orang Sunda dan baru sekali ini saya mendapatkan pernyataan seperti itu……, ada apa gerangan yang ada di benak anda?????, sungguh marah arwah nenek moyangmu di tano mandailing sana kalo seandainya dia bisa membaca blog ini……..
    Kita orang mandailing adalah suku terpelajar dari jaman ke jaman, anda tahu tidak asal kata marga Nasution = Nasaktian = Yang Sakti = kesaktiannya dapat kita buktikan jauh sebelum republik ini……. kalo kita analogikan sekarang adalah betapa banyaknya tokoh bangsa kita yang berasal dari mandailing (pedalaman Sumatera = orang kampung)

  7. Bung Enda sungguh kecewa nenek moyang kita kalo anda berpikiran seperti itu, coba tanya keluargamu (Nenek Kakek, Kakak, Adek2 ayah ibu, semuanya dohot (dan) koum sisolkot (saudara2) semargamu apakah pantas anda membuat pernyataan seperti itu?????.
    Banyak keturunan tano mandailing godang (agung-besar) yang lahir di perantauan (dalam negeri, manca negara), bahkan pendiri kota kuala lumpur, peletak pembangunan Malaysia Modern (Datuk Husin On) adalah keturunan bangsa batak mandailing. Tokoh di dalam negeri juga sangat-sangat banyak semua sudah tahu itu…….

  8. gak penting itu orang mana,
    yang penting hatinya,
    dan bagaimana dia berbakti sama ortunya,
    that’s it……

  9. palak….palak….palak…..!!!!!
    banyak kali org y bangga ma abg, apa lagi dy org mandailing…,tambah bangga dy dg abg…Eh….,ternyata….. πŸ™
    Bg sesekali nonton CaFe BEEN show di Trans TV Hari minggu.
    “betapa berartinya bulung gadung & sambal tuk-tuk”

  10. teh enda..
    dmana ayeuna bumi’na…???
    urang ameng k bumi’na kang ibing yuuu..
    hoyong pisan silaturahmi..
    repp

  11. seharusnya data ini lebih di lengkapi atau dijelaska secara detail bagaimana sistem kekerabatannya sehingga dapat di mengerti dengan cepat dan dapat di terima oleh pembaca.

  12. “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS 49 : 13)
    Bapak saya org Mandailing dan ibu saya Orang Kediri (Jatim), saya bangga dengan kondisi saya sebab jika tidak berarti saya menantang Yang Kuasa, Nauzubillah Min Dzalik.

  13. Mandailing, Jawa, Minang, Kerinci, Aceh, Bugis, Banjar @ Boyan kalau di Malaysia semuanya menjadi Melayu dan pasti beragama Islam. Aku bangga dengan itu. Itulah yang lebih baik. Tidak ada perbezaan.
    Sekian. Salam muhibah dari saya di Johor, Malaysia

  14. Mangaranto (“Merantau”)
    Istilah “mangaranto” cukup populer di tengah-tengah masyarakat Mandailing. Artinya, orang Mandailing termasuk salah satu suku-bangsa yang memiliki tradisi “merantau” ke berbagai pelosok dunia untuk mencari penghidupan dan kehidupan yang lebih baik bagi keturunannya. Sekedar ilustrasi berikut ini cuplikan “ende-ende” (pantun) yang cukup populer di tano rura Mandailing:
    Tor Dolok Siojo (puncak gunung Siojo)
    I lombang na i Ranggasoli (di bawahnya “desa” Ranggasoli – Jambur Tarutung, Kotanopan)
    U dok do di ho na jolo (sudah kukatakan kepadamu sejak dari dulu)
    Keta ningku martano Doli (Marilah kita pergi merantau ke tanah Deli – Medan dan sekitarnya).
    Orang Mandailing gemar merantau adalah warisan tabiat leluhurnya, yang juga bertabiat perantau (statement dalam tulisan saya yang pertama: orang-orang Mandailing yang mendiami wilayah Mandailing berasal dari berbagai penjuru dunia –bangsa — yang datang ke wilayah Mandailing, mayoritas dengan satu tujuan utama yang sama, yaitu mencari “emas”). Itulah sebabnya mengapa ada “orang Mandailing” yang mirip sekali dengan: bangsa Keling, Arab, Pakistan, Eropah, dll. Berbagai bangsa yang menetap di tano sere Mandailing mengorganisir diri mereka ke dalam beberapa kelompok marga, a.l.: nasution, lubis, matondang, daulae, rangkuti, batubara, pulungan, dll. (yang leluhurnya menurut “tarombo” a.l.: Na Mora Pande Bosi, Si Baroar, Parmato Sopiak, dll.) dan menciptakan sistem sosial dan adat-istiadat sendiri bernama: Dalian Na Tolu (bukan “Dalihan Na Tolu”), atau ada juga yang menyebutnya dengan istilah “Koum Sisolkot” yang terdiri atas tiga kelompok kekerabatan : Mora, Kahanggi dan Anakboru. Sebagai suatu sistem sosial dan adat: mora adalah kelompok kerabat pemberi anak gadis; anakboru adalah kelompok kerabat penerima anak gadis, dan kahanggi (saudara semarga) adalah “kelompok perantara” antara mora dan anakboru, yang menjembatani berbagai kepentingan pihak mora dan anakboru dalam berbagai ritus adat. Dalam hubungan ini, “koum” adalah pihak-pihak lain di luar “kelompok marga” kita sendiri, sedangkan “sisolkot” adalah kerabat semarga. Misalnya, saya dan enda adalah “marsisolkot” karena kita bermarga sama: Nasution.
    Agar sistem sosial dan adat ini dapat dilaksanakan, maka dibuatlah suatu mekanisme yang mendasari hubungan fungsional antar kelompok kekerabatan, dengan dasar hak dan kewajiban dari masing-masing kelompok kekerabatan. Secara filosofis, ada ungkapan tradisonal Mandailing yang memetakan hubungan fungsional antara ketiga kelompok kekerabatan ini, yaitu:
    mora i ulu bondar (mora adalah pangkal/sumber air yang mengalir di parit);
    kahanggi i jait domu-domu (kahanggi adalah jarum perajut untuk menyatukan); dan
    anakboru si orus na lobi si panamba na urang (menyimpan yang lebih dan menambah yang kurang).
    Dalam bahasa yang sederhana, dalam konteks ritus adat: mora adalah “air — sumber kehidupan — kesinambungan keturunan); kahanggi adalah “konseptor/manager”; dan anakboru adalah “kasir/juru bayar/bendahara”.
    Konsep-konsep mendasar ini dapat kita bandingkan dengan eksistensi adat/budaya suku-suku lain yang ada di Sumatera Utara (Karo, Pak-pak, Simalungan, Toba, Nias, dll). Dalam hal ini, banyak orang (selain orang Mandailing) mengatakan (termasuk pakar ilmu-ilmu sosial) bahwa sejumlah suku yang ada di Sumut itu adalah “sama” dan dinamakan “Batak”. Apa benar demikian faktanya? Untuk itu perlu penelitian yang lebih komprehensif. Sebagian besar orang Mandailing menolak disebut “orang Batak” karena beberapa hal, antara lain: satu, term “batak” itu sendiri sangat erat kaitannya dengan religi tertentu, sehingga orang Mandailing yang mayoritas beragama Islam merasa kurang “comform” dengan istilah itu; dua, secara historis, istilah “Mandailing” jauh lebih dulu tercatat dalam sejarah (baca: Kitab Nagara Kartagama keluaran era Negara Majapahit), ketimbang istilah “Batak” yang muncul di abad ke 16 (masa kolonialisme); tiga, aksara tradisional (intelektualistas), para ahli linguistik mengatakan bahwa aksara itu menyebar dari arah selatan ke utara, bukan sebaliknya; empat, migrasi, sudah pasti orang yang melakukan migrasi lebih dahulu mencapai (menempati) area yang dekat dari pinggir pantai laut, tidak langsung menempati daerah-daerah pedalaman yang jauh terpencil); dll.
    Sekian dulu uraian saya, lain hari, jika saya masih punya nafas, di sambung lagi.
    Horas tondi madingin
    Pir tondi matogu
    Sayur matua bulung!!

  15. Bukankah orang batak itu sudah diaku oleh urang sunda dari dulu? Tentara, laskar, pejuang yang terlibat medan area bukan nantinya bergabung dalam divisi siliwangi dulu waktu mempertahankan kemerdekaan? Malah jendral nasution juga kebanggan siliwangi bukan? Dan sumatra juga bukankah masih sunda…Sunda besar! Dan bukankah sebelum terjadinya sunda besar dan sunda kecil yang menjadi indonesia sekarang dulunya bersatu dengan benua asia yang disebut Sunda Land…! Dan yang mendirikan kerajaan pertama diujung barat p jawa tahun 130an masehi juga dari sumatra…hehe
    Lieur ah…enda!

  16. kang nda…
    saya punya pandangan untuk dikongsi bersama kang..saya mira dari Malaysia. enggak perlu deh kang berfikir sedemikian..apa jua darah yang mengalir pada tubuhmu kang yang utamanya kita smua manusia adalah serumpun tapi kita sering kali dibeda-bedakan sukunya..entah kenapa manusia ini begitu naif. Bukankah andai satu satu suku hebat maka dia wajar memberi pertolongan pada suku lain agar kelihatan hebat sama bukan sekadar melepaskan diri sendiri kan! benar kang enda berasa tenang..nyaman..dikelilingi suku dan kaum yang berlainan seperti kehendakmu suku sunda itu..tetapi percayalah kang..yang lebih molek itu adalah suku dan kaum yang sudah tersedia mengalir dalam darahmu…berbanggalah kang…dulu semasa nabi muhammad s.a.w menegakkan islam dia juga menyatukan semua kabilah dan tatkala itu sudah tiada beda antara sesiapa sahaja..namun bila dunia semakin tua kita juga mulai lupa..bukankah nabi muhammad itu suri tauladan yang baik..bisakah kamu mengikutinya? dia enggak pernah membedakan malah setiap kaum ada klebihan dan sling membantu contohnya orang Quraisy amat bijak berniaga..geliga sekali otaknya..maka bukankah bagus kita ambil pengajaran dari situ..kelak anak anakmu mahu mengikuti apa? apa kamu mahu kelak anak-anakmu juga enggan memakai namamu di akhir nama mereka..ingat kang..kini kang buat esok lusa anakmu pula menurut…
    maaf ya kang andai ada apa-apa yang menyentuh perasaanmu..

  17. Tak kenal maka tak sayang… Ada baiknya Lae Enda mengenal lebih dalam budaya batak dan bergaul lebih dekat kepada kerabat dan handai taulan yang bersuku batak. Batak bukan sekedar meneruskan marga, tapi silakan memahami “Dalihan Na Tolu”, Lae Enda akan menemukan konsep persaudaraan yang kuat, yang mungkin tidak ada di suku2 lain di dunia.

  18. #55, kang enda teh bukan malu punya marga atau mau merubah garis keturunan atau membunuh bapak,paman,dll (plis deh). itu cm perasaan klo dia ngerasa nyunda dibandingkan ngbataks..krn grown up di lingk.nyunda (spt yg sy alami) tos ah lieur, dupi jalan ka cai kamana nya kang?

  19. sedih juga ya melihat orang ingin merubah garis keturunan masa lalunya, sama saja dengan membunuh bapak, paman, kakek, bapaknya kakek, kakeknya kakek dll keatas. apa salahnya jadi orang punya marga? apa untungnya jadi orang sunda? aku merasa biasa saja dengan nasution-ku, kenapa harus malu?

  20. tos we nda tonk dipikiran ayeuna mah urang neangan urang sunda jeung pun bojo, engkena saetik saetik nyien gen urang sunda tp kudu BOBOTOH PERSIB

  21. klo suku mah sarua wae rek dimana mana ge nu penting mah nyaah ka kolot jeung kaluarga and tonk hilap ka pun bojo ari boga mah, rek suku mana wae nu penting kudu BOBOTOH PERSIB soalna eta nafas parahyangan.
    salam ka urang sunda

  22. jadikan kedua budaya itu untuk memperkaya dirimu..semua adalah proses..tapi yang pasti kamu punya hak atas dirimu dan punya kewajiban menghargai orangtuamu (bapak esp)

  23. ah…….
    ih…….
    mau jadi orang sunda toh…….. ah sama aja bang kita sampai saat ini blom bisa untuk pesen mau lahir di negara mana, suku apa, dari mulut rahim siapa …..klo itu semua bisa mungkin saya akan milih yang baik-baik……masalahnya akan baikkah bagi kita itu semua
    mangga ah
    nuhun
    wassalam
    budak askun

  24. Salah satu “benda” penting yang berhubungan dengan “marga” (klan) di Mandailing adalah “tarombo” (silsilah keturunan suatu marga” yang ditulis pada kulit kayu” yang disebut: “lak-lak”. Biasanya, leluhur pertama hingga ketiga di setiap tarombo orang Mandailing, marganya tidak dicantumkan. Baru pada turunan ke empat dan seterusnya, nama marganya dicantumkan. Beda dengan suku-bangsa lain di Sumatera utara, bahwa seseorang di Mandailing tidak dipanggil dengan nama marganya, akan tetapi dengan “nama” nya sendiri, seperti saya disebut: Edi, bukan nama marga saya : Nasution. Masalah ini penting karena menyangkut nilai-nilai budaya orang Mandailing. Sebab dalam pergaulan sehari-hari, sapaan antar individu digunakan tradisi “tutur” (sapaan)yang erat kaitannya dengan “hubungan perkawinan” dan “hubungan sedarah”. Istilah-istilah yang digunakan dalam hal “tutur” ini antara lain: “amanguda” (adik ayah), “amangtua” (kakak ayah), “tulang” (saudara lelaki dari ibu), “nantulang” (isterinya “tulang), “amangboru”, “ompung” (kakek), dll. Satu hal penting lainnya, karena orang Mandailing menganut sistem kekerabatan “patrilineal”, maka setiap anak laki-laki di Mandailing disebut: “lian”, bukan “ucok”. “Term “lian” berasal dari kata “dalian” yang artinya “tumpuan harapan”, yang berkaitan pula dengan istilah “dalian na tolu” (tumpuan tiga sejarangan: suatu sistem sosial-budaya yang mendasari hampir seluruh aktivitas kehidupan masyarakat Mandailing, termasuk tradisi musik adat seperti “Gordang Sambilan” — di masa lalu hingga sekarang).
    Sepanjang yang saya ketahui, bahwa orang Mandailing bukanlah “mahluk gaib” yang lahir “begitu saja” di “tano rura” (tanah lembah) Mandailing. Berdasarkan “mitos” atau cerita-cerita rakyat Mandailing, leluhur mereka (semua marga yang ada di Mandailing) berasal dari daerah lain — dari berbagai belahan dunia — yang bermigrasi dan kemudian menetap di daerah Mandailing. Mengapa? Karena “tanah” Mandailing mengandung bijih-bijih emas yang diimpikan dan dicari-cari manusia sejak jaman dahulu sampai sekarang. Oleh sebab itulah, tanah Mandailing dikenal dengan sebutan: “Tano Sere” (tanah emas). Dengan berkumpulnya orang-orang yang berasal dari berbagai bangsa di Mandailing, dengan tujuan yang sama yaitu mencari “sere” (emas), menurut pendapat saya, maka mereka menciptakan suatu sistem atau struktur sosial untuk mengorganisasi diri mereka guna menciptakan ketertiban sosial, yaitu “Dalian Na Tolu” yang dilandasi “olong dohot domu” (kasih sayang dan rasa persaudaraan yang kuat, senasib sepenangungan di antara mereka). Dalam konteks inilah, menurut hemat saya, “marga” mereka buat untuk mengorganisasi diri dalam kehidupan bermasyarakat yang beradab. Tradisi “marga” itu sendiri mungkin diadopsi dari tradisi “Pan-Islam” di Jazirah Arab.
    Kesimpulan saya, sistem marga dan adat “dalian na tolu” itu dibuat oleh orang Mandailing untuk menata kehidupan sosial-masyarakat mereka yang terdiri dari berbagai macam bangsa itu. Anda, kang Enda yang lahir di tanah Sunda (Parahyangan), boleh saja menjadi orang Sunda, sebab leluhur anda sendiri pun yang dulunya lahir dan menetap di Mandailing, leluhurnya pun berasal dari daerah (bangsa) lain, seperti ras Arab, Indocina, Keling (India), dll.

  25. Wilujeng! Wilujeng! Ngimpen disumpingan Kang Ibing sareng Aom Kusman teh hartosna tos jelas pisan: Dihaturanan janten urang Sunda, hehehe!
    Mangga ditampi pisan. Teu kedah ijab kabul, nu hatena Sunda mah masing aya di Meksiko age angger we urang Sunda, huehehe!

  26. Wilujeng! Wilujeng! Ngimpen disumpingan Kang Ibing sareng Aom Kusman teh hartosna tos jelas pisan: Dihaturanan janten urang Sunda, hehehe!
    Mangga ditampi pisan. Teu kedah ijab kabul, nu hatena Sunda mah masing aya di Meksiko age angger we urang Sunda, huehehe!

  27. Wilujeng! Wilujeng! Ngimpen disumpingan Kang Ibing sareng Aom Kusman teh hartosna tos jelas pisan: Dihaturanan janten urang Sunda, hehehe!
    Mangga ditampi pisan. Teu kedah ijab kabul, nu hatena Sunda mah masing aya di Meksiko age angger we urang Sunda, huehehe!

  28. (mudah2an Kang Enda tiasa basa Sunda)
    Asa maca nu rek pindah agama, heuheu…
    Wilujeng, Kang Enda.
    Memang leres, sakumaha anu didugikeun dina salasahiji komentar, yen rek suku naon bae oge, nu penting mah amalna, mangpaatna pikeun umumna manusa. Komo jaman kiwari, kasukuan meh bae pudar ku ayana globalisasi nu mahabu, saalam dunya karasa beuki heureut & beuki deukeut.
    Ngiring reueus, rehna Kang Enda ngaraos reueus ku kasundaan. Langkung ti eta, aya hal nu penting dipiara ku urang Sunda, nu kiwari loba ditinggalkeun, nyaeta ngamumule basa Sunda.
    Kuring oge sarua “indo” model Kang Enda: bapa Jawa, indung Sunda. Ngan, kusabab ti barang borojol nepi ka kiwari hirup di Tatar Sunda, nya kuring ngarasa jeung ngaku jadi urang Sunda. Kusabab geus ngaku urang Sunda, kuring ngarasa boga kawajiban pikeun ngamumule basa Sunda. Kahayang kahareupna, hayang ngaronjatkeun kamerdikaan urang Sunda, dina harti hayang babantu, sakatanagaan, pikeun ngaronjatkeun darajat atikan urang Sunda, ambeh urang Sunda palinter.

  29. Aku lahir di Medan, besar di medan, sekolah di medan (760 km dr mandailing), kerja sempat keliling sumatra jawa kalimantan. Panggilan Mandailing sekarang ditugasin PT. ke Kabupaten Madina (mandailing Natal). baru 3 bulan. Kusempatkan nglacak historis ompung. Kesimpulannya aku bangga. Orang madina mudah nebak aku Rangkuti karena katanya semangat babiat (harimau) ada padaku. Aku tak takut mati, dan berusaha berani. AKU BANGGA. Datang ke Kotanopan. Rumahku disitu. Kubimbingkan menunjuk sejarah. Aku semakin bangga jadi diriku sendiri. Kromoan kulo leres kang, pasundan nyaho saeutik.

  30. Kang Enda, saya setengah Mandailing, setengah Sunda. Marganya Rangkuti, tapi di rumah dipanggil Teteh. πŸ™‚ Nenek dari Bapak, marganya juga Nasution. Bisa dibilang, saya lebih nyunda daripada batak karena nggak pernah satu kalipun saya menginjak Tanah Batak dan diperkenalkan dengan budaya batak (kecuali saat suatu kali sepupu saya dari marga Harahap menikah).
    Hanya dua kata dalam bahasa Mandailing yang pernah diajarkan Bapak semasa hidupnya dan masih lekat dalam benak saya sampai dengan saat ini: GODANG RONGIT alias banyak nyamuk! Hehehe!
    Mungkin mirip dengan Kang Enda, saya lebih enjoy dan homy dalam budaya sunda. Entah kenapa…

  31. ada peradaban dan kebudayaan. aliran darahmu adalah peradaban Batak, karena sejak kecil di Bandung kebudayaanmu adalah Sunda. berbanggalah bisa punya peradaban dan kebudayaan yang berbeda.
    pindah? tak perlu berikrar pindah, karena tak ada visa dan passport

  32. Urang Sunda atawa Batak sarua wae…. Abdi wae ti Jawa teu ngaku Jawa ngaku na Indonesia… wis tah podho wae, sing penting dame.

  33. Pengen jd org Sunda ya? …. mmmm….. gmn ya…. kamu kan batak, kyanya susah deh. gw cw sunda lho yudadah yubyebye

  34. “Nama saya Shakuntala. Orang Jawa tak punya nama keluarga.”
    “Anda memiliki ayah bukan?”
    “Alangkah indahnya kalau tak punya.”
    “Gunakan nama ayahmu,” kata wanita di loket itu.
    “Dan mengapa saya harus memakainya?”
    “Formulir ini harus diisi.”

    Aku pun marah. “Nyonya, Anda beragama Kristen bukan? Saya tidak, tapi saya belajar dari sekolah Katolik: Yesus tidak mempunyai ayah. Kenapa orang harus memakai nama ayah?”

    Lalu aku tidak jadi memohon visa. Kenapa ayahku harus tetap memiliki sebagian dari diriku? Tiap hari-hari ini semakin banyak orang Jawa tiru-tiru belanda. Suami istri memberi nama si bapak pada bayi mereka sambil menduga anaknya bahagia atau beruntung karena dilahirkan. Alangkah melesetnya. Alangkah naifnya.

    Pada masa lampau, kami boleh memilih nama kami sendiri. Simbah memanggil ayahku Timin. Ketika menjelang menjadi dosen ia menamai dirinya Mintoraharjo. Ibuku tak pernah mengganti namanya, sebab sudah bagus sedari kecil. Ia keturunan priyayi, ia keturunan peri yang menyanyi. Tapi orang-orang masa kini lahir, dan kantor pengadilan mematri nama mereka pada akte seperti sekali kutukan untuk seumur hidup. Kenapa pula aku harus memakai nama ayahku? Bagaimana dengan nama ibuku?

    (Saman, Ayu Utami)

  35. emangnya bisa gitu pindah dari orang batak jadi orang sunda ? gua harahap nih, batak, pengen jadi … ? orang indonesia aja deh πŸ˜€

  36. FATE
    —-

    There is nothing that cannot be seen,
    There is nothing to be afraid of,
    Why not stroll down this path?

    His profound words lead to nothing,
    Slowly, the wind begins to blow.
    People continue to live thier lives.
    The longer this age turns, the more images remain.

    As long as you have your dream, remember.
    As long as you have something to believe in, keep it safe.
    Until time ends for us all.

    At night, when the moon rises,
    pausing on the road I can no longer see.
    Glittering stars will always and forever
    call back the lamb lost at sea.

    -01/21/2003-

  37. what so special of being ‘orang sunda’ anyway? suamiku orang sunda… n biasa aja tuh
    *sori ya say, kalo baca*

  38. Calon KK ipar Fem juga gitu. Orang Padang asli, tapi lahir dan gede di Bandung. Dia mah nyunda banget. Tampangnya doang yang Padang. πŸ™‚ Mungkin dia juga ngerasain hal yang sama dengan Kakang.

  39. Gw cuma nyanyi lagu Sting aja koq …be yourself no matter what they say… Lo mau jadi sunda keq, mau jadi bataq keg, terserah loe lah Jo! Lagian ikatan kesukuan gitu imaginer ko, kalo emang darah alasannya, maka darah yang kita warisi juga dah campur baur gak jelas asalnya. Jadi ngapain dipikirin

  40. huakakkaka.. keknya nggak mungkin deh bang.. soalnya masih ada sayah yg manggil “bang” bukan “kang” :p~

    saya mah jadi orang madura ajah udah cukup bangga, meskipun banyak opini miring tentang asal saya itu πŸ˜€ huakakakak

  41. Bang Enda, sebelum memutuskan menjadi orang Sunda, ada baiknya Bang Enda merenungi… sudahkah Bang Enda mencoba dulu menjadi orang Batak yang baik?

    Salam buat Kang Ibing… πŸ˜›

  42. nda, nanti kalau dah sukses pindah suku, beri tahu gua caranya ya. Gua juga pengen… tapi jadi orang jawa πŸ˜€

  43. iya..iya nanti aku keluarin nomer anggota-mu,” tutur Ujang, Ketua Klub Orang Sunda SeDunia.

  44. enda,
    saya juga mempelajari bahasa sunda, hidup di sunda, dan cewe saya org sunda. tp untuk mengubahnya dan memiliki ktp bandung, saya tidak pernah berpikir kesitu. krn jadi org bugis sungguh cukup untuk saya. mungkin kamu berpikir akan mendapatkan kecukupan itu dg menjadi org sunda.

    semoga kamu menemukan kedamaian, apapun etnis kamu. bhinneka tunggal ika… berbeda tetapi satu jua.

    *wuihihihi, perlu sedikit perubahan tp cukup masuk nih.. :)*

  45. LOL again enda :))
    Gue tuh ngasih komen di blog sebelah gara2 liat komen lo tau nggak..;p Asli gokil abis d aww.

    Btw, klo gue dari kecil mimpi pengen jadi superman, sampe ngebet bgt make2 kostum superman… boleh dong besok pagi gue berangkat kerja menggunakan kostum kebesaran Superman ( include outside underwear ) ????

  46. free yourself from geographic bondaries, cultural, and ethnic, this is global village we are not determined by those elements…

  47. Saya sering banget mimpi didatangi Bella Saphira, tapi belum memberanikan diri juga untuk pindah, karena saya gak tahu yang mana rumahnya Bella Saphira

  48. ah gue tau knp belon berani pindah, mimpinya belon komplit! harusnya didatengin kang ibing, aom kusman, dan.. abah holiang! (suryana fatah)

  49. si enda palanya botak
    ngakunya sunda padahal batak
    hahahahaaaa
    [batak, sunda, jawa, betawi,madura… cuma beda bahasa aslinya aja…]

  50. ahahahahahaha

    tdnya gua pengen copy paste comment gue dr sebelah.. tp engga cocok euy =p

  51. ulug.. aya naon kang enda? Sampe ada kang ibing segala.. ngibing teu di mimpinya? Baca keluarga, jadi baru ngeh.. salam buat Farid ya, dia dah kerja di mana skrg?

  52. Wilujeung janten urang Sunda. Saleresna, nami Enda teh nami ti Sunda. Geura reugeupkeun ieu : “En da abdi mah, ti kapungkur oge En”. Pantesna oge da dipanggil Kang Enda atawa Mang Enda. Nurub cupu lah. Hehehe, sakali deui, wilujeung janten urang Sunda. Pokona edun lah.

  53. jangan pernah menyesali apa yang kau telah tergariskan pada darahmu, sesuatu yang tak kan pernah kau bisa rubah. hiduplah dengannya.

    πŸ™‚

  54. dari suku apa pun kamu berasal, toh pada akhirnya yang bakalan dirasakan oleh orang-orang sekitar kamu adalah kepribadian kamu…hanya itu

  55. Wahh .. *kecewa* kok gtuh yah ? Gak stuju ah .. semua suku sama saja .. kitanya ajah yang punya perbedaan pikiran .. tapi .. ah, GBU yah πŸ˜‰ πŸ˜›

  56. emang org sunda kelebihannya apa nda? kok sampe merasa perlu pindah suku. Lagi pula sekarang sepertinya perasaan kesukuan sudah makin pudar.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.