Miskin

kriteria-rumah-tangga-miskin
 
“sumber screenshot”:http://indonesianow.blogspot.com/2005/10/whos-poor.html, “sumber info”:http://www.theswanker.com/macammacam/2005/10/whos_poor_now.html

# Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari *8 m2* per orang
# Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan
# Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa plester
# Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama dengan rumah tangga lain
# Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik
# Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan
# Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah
# Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam *satu kali* dalam seminggu
# Hanya membeli *satu set pakaian baru* dalam setahun
# Hanya sanggup *makan sebanyak satu/dua kali* dalam sehari
# Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik
# Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: Petani dengan luas lahan *0.5 ha*, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah *Rp.600.000 per bulan*
# Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD
# Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah di jual dengan nilai minimal *Rp.500.000*, seperti sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
“Dan masih ada 60 juta (15.4 juta keluarga) saudara”:http://www.depkominfo.go.id/?action=view&pid=news&id=302 “kita orang Indonesia yang hidup seperti itu?”:http://www.i2.co.id/news/media_latestnews.asp?id=79106
60 juta!
_This is put a lot of OUR small problems into perspective doesn’t it?_
 

Menahan Diri

menahan.jpg

_Puasa adalah ibadah menahan lapar dan… ngantuk -Enda_
Untuk suatu sebab tertentu umat manusia selalu memberikan tempat yang lebih tinggi pada keberadaan “surgawi” dibanding dengan keberadaan “duniawi”
Segala hal yang berhubungan dengan “duniawi”, jelas, kongkrit, nampak nyata, bisa dilihat, bisa dipegang, bisa dirasa lebih rendah kedudukannnya dibanding segala sesuatu yang tidak jelas.
Yang tidak jelas ini termasuk dengan akal budi, pikiran, jiwa, nyawa, kemauan, keberanian, kebaikan.
Yang di dalam lebih berharga daripada yang di luar.
Yang halus lebih bernilai daripada yang kasar.
Pikiran harus mengalahkan badan.
Hawa segar harus mengalahkan hawa nafsu.
Ketika kita sukses mengendalikan diri kita sendiri [berhasil mengendalikan hawa nafsu] maka katanya kita telah _memenangkan_ peperangan yang terberat yaitu peperangan melawan diri kita sendiri.
Ini terjadi di semua agama dan budaya.
Naluri alami manusia, yang jadi mekanisme kita untuk bertahan hidup, lapar, haus, berhubungan seks, marah, takut, gembira, sedih hampir semua pada suatu waktu atau suatu tempat menjadi terlarang untuk dilakukan.
Di semua agama dan budaya.
Umat manusia memberlakukan larangan-larangan dan peraturan, sebagian diantaranya, dalam konsep meningkatkan level dirinya, membedakan dirinya dengan mahluk hidup lain di bumi ini.
Makin sulit dan berat larangan yang dijalani oleh seseorang, makin tinggilah derajat seseorang tersebut dalam hierarki kemanusiaan.
Makin cuek dia terhadap semua larangan dan aturan, makin bebas dan makin semua diperbolehkan, maka makin rendahlah seseorang tersebut dimata manusia lainnya. Terancamlah dia akan proses degradasi. Makin dekatlah posisinya untuk masuk ke liga seri B.
_Itu kalo kita mau percaya. :p_
Seperti juga muslim lainnya di seluruh dunia, gue sampai bulan depan sedang menjalankan ibadah puasa.
Dan buat gue, puasa _bukanlah sebuah larangan_. Tidak boleh makan, tidak boleh minum.
Bukanlah sebuah perintah untuk tidak menjadi manusia yang alami, menuju bentuk yang bahkan tidak berbentuk manusia [[_inhuman_]]. Mencoba menjadi sesuatu yang lebih tinggi peringkatnya di liga kemanusiaan, mencoba menghindari dari proses degradasi.
Karena gue _menyukai_ bentuk kemanusiaan gue sekarang ini. Dengan kelemahannya, dengan kekurangannya.
Buat gue, puasa adalah undangan untuk _menahan_. Menahan untuk makan, menahan untuk minum.
_Menahan adalah sebuah proses_ dan bukan suatu tujuan. Ga pernah ada tindakan yang tujuannya menahan. [Kecuali nahan boker kali].
Karena sebuah proses maka kita tidak tahu apa hasilnya nanti. Dan ketidaktahuan itu minimal sekarang, buat gue, agak melegakan.
Juga dalam proses menahan, _kita tetap kita_, tidak ada yang dikalahkan, tidak ada yang menang, karena toh kita cuma menahan.
Menahan mata, menahan mulut, menahan perut, menahan kaki, menahan telinga, menahan nafsu.
Menahan tidak ngejunk, menahan tidak browsing, menahan tidak ngemail, menahan tidak chatting, menahan tidak arisan, _menahan tidak posting_.
_Menahan tidak komen?_ πŸ˜€

Menghilang

menghilang

Dari satu tulisan tentang cara bagaimana mengatasi “procrastination”:http://en.wikipedia.org/wiki/Procrastination salah satunya yaitu dengan teknik membagi-bagi kerjaan yg kita tunda-tunda itu dalam bagian kecil yang harus kita lakukan.
Triknya. Targetkan mengerjakan kerjaan itu dalam satuan tertentu dan cukup itu saja.
Misalnya, membaca text book 1000 halaman. Ngebayanginnya aja udah males. Tapi triknya yaitu dengan membaca 5 halaman saja dan setelah itu STOP.
Kemudian kita membaca 5 halaman lagi, 5 halaman lagi dan seterusnya.
Idenya dari teknik ini yaitu yang penting untuk _memulai_ kerjaan tersebut. Karena makin lama kita menunda sesuatu, makin besar lah bayang bayang keengganan di pikiran kita yang membuat kita menunda dan menunda dan menunda lagi.
Minimal dengan memulai sedikit (dan memang dibatasi sedikit) kita bisa lihat bahwa yang kita bayangkan bayang-bayang besar dan membuat kita males itu ternyata sebenarnya ga semenakutkan yang kita bayangkan.
Contoh lain dari teknik mengerjakan satuan kecil diatas bisa juga dengan waktu.
Misalnya kita harus mengerjakan laporan bulanan, males bangeeet. :p
Tapi gimana kalo kita kerjain 10 menit aja. Ga susah kan? 10 menit dan stop. 10 menit dan stop. 10 menit dan stop.
 
_Well that’s what I am doing now hehe_
Gue udah tunda-tunda terus terlalu lama buat posting baru lagi, sampe rasanya malesss banget buat posting. Pengen posting ini, pengen posting itu, pengen posting begini, pengen posting begitu.
Ngerjain ini, ngerjain itu. Beralasan ini, beralasan itu.
Padahal inti penyelesaiannya ya.. posting aja.
_”If you wish to be a writer, write.”_ kata Epictetus.
Dan, _if you wish to be a BLOGGER, blog!_ kata gue hehe.
So, what you’ve been up to?
Hidup, kerja, jalan-jalan sama “Nita”:http://nita.goblogmedia.com, becanda sama “Gala”:http://enda.goblogmedia.com/laporan-sukacita-telah-lahir.html, kedatangan beberapa temen, baca berita BBM dinaikin, baca berita “bali di bom”:http://en.wikipedia.org/wiki/2005_Bali_bombing lagi, mulai puasa.
Menghabiskan banyak waktu di “milis ini”:http://groups.google.com/group/id-gmail/, ngebuat “setrip-setrip komik”:http://setripkomik.blogspot.com/ dan posting-posting ke “Global Voice Online”:http://cyber.law.harvard.edu/globalvoices/author/enda/.
_How about you? :)_
I think that’s about it. My 10 minutes is up. Stop. Mari ngerjain yang lain. πŸ™‚