Tentang Blogging dan Budaya Balasan

blogging-counterculture-budaya-balasan.jpg

_Letting a hundred flowers blossom and a hundred schools of thought contend… – Chairman Mao_
Kalo sejak kecil kamu punya bakat melawan orang tua (awas dosa lo), atau guru atau ga percaya kata koran, majalah, tv, suka bertanya “Kenapa?” dan “Mengapa?” maka kemungkinan besar kamu punya bakat _[“Anti-authoritarian”:http://en.wikipedia.org/wiki/Anti-authoritarian]_. Yaitu mereka yang mengambil posisi berlawanan, apalah itu dengan konsentrasi kekuasaan dalam tokoh seorang pemimpin atau kelompok elite, atau terhadap doktrin, dogma dan kepercayaan.
Kalo kamu punya bakat buat berpikir beda sama kebanyakan orang, menolak apa yang _umumnya sudah diterima_, ga mau ikut-ikutan apa yang lagi trend, bikin gaya kamu sendiri, percaya apa yang orang lain ga percaya dan sebaliknya ga percaya apa yang banyak orang mempercayai dengan sepenuh hati maka mungkin kamu seorang _[“Contrarian”:http://en.wikipedia.org/wiki/Contrarian]_. Mereka yang secara sosiologis diterangkan memiliki sikap melawan establishme dimasanya.
Jika kamu punya salah satu bakat diatas maka kemungkinan besar kamu akan menyukai hidup ditahun 60’an di Amerika, saat gerakan “Counterculture”:http://en.wikipedia.org/wiki/Counterculture#1960s_Counterculture_in_the_USA (budaya balasan) bermula dan marak sebagai reaksi terhadap norma-norma _konformis_ 50an dimana segala sesuatu tampak seragam juga terhadap intervensi militer amerika di Vietnam.
Selama ini budaya balasan diatas terkenal karena simbol-simbolnya, para _Hippie_ berambut panjang, komunal-komunal dimana orang hidup bersama dan bikin teknologi sendiri, dan tentu juga yang paling ngetop (selain free sex!) adalah eksperimen dengan *LSD*, acid dan obat-obatan _psychedelic_ lainnya, sebagai alat meng-[_enhance_] kapasitas otak manusia.
Kebayang kan, para _dudes_ dan _dudettes_ pada masa itu, terutama para pemikirnya adalah mereka yang _Anti-authoritarian_ dan _Contrarian_. Mereka yang memandang sebel dan curiga pada semua institusi dan establishme elites, apakah itu korporasi, pemerintah, militer, orang tua, akademisi, universitas dan agama. Mereka hadir dengan ide dan nilai-nilai baru yang tidak sama dengan generasi sebelumnya. Untuk melawan “The Man” kata *Jack Black* di School of Rock, yang berseru _power to the people!_. πŸ˜€
Dan tidak itu aja, kalo kamu baca posting di blog ini, di _a thing_ yang namanya Internet ini, chatting sama temen kamu, kirim2x email ga jelas, “ngejunk di milis”:http://id-gmail.info, ngerjain tugas di komputer pribadi, maka kamu perlu berterimakasih juga sama mereka.
_Tech Revolution_, dari komputer pribadi, gadget, Operating System, Microsoft, iPod, Internet dan Blog (!) semua perlu berterima kasih pada _counterculture_ hampir 50 tahun yang lalu itu.
*[“RU Sirius”:http://en.wikipedia.org/wiki/R._U._Sirius]* (bukan nama asli tentunya) seorang penulis dan musisi, menulis dalam postingnya _”[“Counterculture and the Tech Revolution”:http://www.10zenmonkeys.com/2006/11/19/counterculture-and-the-tech-revolution]”_ sebuah summary perjalanan antara _counterculture_ hingga _tech revolution_ dimana kita berada sekarang ini.
Berangkat dari dua buku baru yang membahas tentang perjalanan ini yaitu _”[“What the Dormouse Said: How the 60s Counterculture Shaped the Computer Industry”:http://www.amazon.com/What-Dormouse-Said-Counterculture-Personal/dp/B000IOEU90/sr=8-1/qid=1165979425/ref=pd_bbs_1/102-9947389-0217722?ie=UTF8&s=books]”_ karangan *John Markoff* dan _”[“From Counterculture to Cyberculture: Stewart Brand, the Whole Earth Network, and the Rise of Digital Utopianism”:http://www.amazon.com/Counterculture-Cyberculture-Stewart-Network-Utopianism/dp/0226817415/sr=8-1/qid=1165979218/ref=pd_bbs_sr_1/102-9947389-0217722?ie=UTF8&s=books]”_ karangan *Fred Turner*, dia menggambarkan bagaimana budaya _sharing_, penggunaan internet sekarang ini, komunitas-komunitas di Internet, riset, personal expression, budaya hacking dan development di berbagai bidang, cybernetics, enkripsi dan lain-lain lagi memiliki akar di pemikiran dan ide yang bisa ditelusuri ke _counterculture_
*Steve Wozniak* dan *Steve Jobs* pendiri “Apple Computer”:http://en.wikipedia.org/wiki/Apple_Computer adalah contoh jelas tokoh yang muncul dari budaya counterculture dan hingga sekarang Silicon Valley masih berhutang budi pada gerakan budaya balasan ini.
Teknologi khususnya Personal Computer (PC) hadir didasarkan pada pemikiran yang sama yaitu teknologi pribadi yang menambah kemampuan berpikir dan produktifitas manusia, sebagai alat agar manusia bisa melihat lebih dari apa yang bisa kita lihat biasanya, sama seperti *LSD*.
 
Mencermati dan menarik benang merah dari latar belakang diatas sangatlah jelas kalo kita merasa bahwa *Internet* (dalam bentuk teknologi dan budaya yang tumbuh disekitarnya), sebagai salah satu produk dari gerakan tersebut, secara alaminya juga bersifat _Anti-authoritarian_ dan _Contrarian_.
Selalu ada sesuatu yang pas saat kita menyandingkan kata _revolusioner_ dan _phenomenon_ terhadap segala sesuatu di Internet. Dari ecommerce, napster, p2p, paypal, web2.0, Wikipedia, Google, YouTube dan blog tentunya.
Masing-masing adalah sebuah “revolusi” yang mau menggantikan apa yang sudah umum dan sudah _established_.
*Napster* mempopulerkan MP3 dan akan membangkrutkan perusahaan rekaman, *Wikipedia* yang disusun oleh orang biasa dan anonim menggantikan ensiklopedia sebagai katalog pengetahuan umat manusia, *Paypal* bermula dengan ide untuk menggantikan sistem monetari dunia, *Google* memberikan akses informasi dan membuatnya berarti tanpa melihat siapa yang bikin selama materinya relevan dan berguna, dan *Blog* tentunya hadir sebagai revolusi ekspresi pribadi yang mengancam jalur informasi mapan seperti media massa.
Satu fenomena diatas fenomena lainnya. Semua lahir dari sebuah gerakan yang menolak otoritas dan sebel sama kemapanan.
 
Berangkat dari situ, yang menarik adalah begitu cepat fenomena-fenomena diatas kemudian _menjadi sebuah kemapanan itu sendiri._ Masing-masing revolusi berubah menjadi sebuah institusi dengan aturan, norma, etiket yang seolah-olah haram untuk dilanggar.
*Blogging misalnya*. Yang menarik dari blog adalah sifatnya yang merusak tatanan dan sifat media. Tidak lagi kita perlu modal banyak untuk mempublish materi yang dibaca oleh ribuan orang, tidak lagi kita dibatasi oleh seorang editor dan pemilik modal yang mengawasi apa yang boleh publish dan apa yang tidak. Tidak lagi seseorang perlu bekerja di media massa menjadi wartawan atau jurnalis untuk melaporkan sesuatu yang dibaca khalayak ramai.
Tapi _blogosphere_ pun cepat kemudian berubah _mengadopsi tatanan kemapanan_ yang ada.
Yang paling sering ditanyakan adalah, _apakah ada etiket dan norma dalam penulis blog? Bagaimanakah blog yang baik itu? Bagaimanakan agar blog kita sukses? Bagaimana menulis blog yang benar?_
Iya mungkin pertanyaan diatas itu pertanyaan yang wajar, tapi blogging bukan tentang itu, bukan tentang mengikuti aturan yang ada, blogging justru tentang melanggar aturan, melanggar konvensi, melanggar kemapanan. _Blogging adalah sebuah budaya balasan_.
Kenapa harus ada, misalnya, yang namanya “seleb blog”:http://ironmaid3n.blogspot.com/2006/12/seleb-blog-dan-egonya.html (hehe), blogger senior, bapak blog dan lain sebagainya, yang seolah-olah perlu diminta restunya agar blog jadi lebih baik, seolah-olah mereka telah menjadi sebuah institusi sendiri (“institut teknologi blogging”:http://enda.goblogmedia.com/institut-teknologi-blogging.html), terlah ter-[_institutionalized_].
Untungnya, kemapanan pada saatnya, toh pasti akan tergantikan. Rejim datang dan pergi, yang asalnya diatas kemudian turun dan yang muda menggantikan yang tua.
Segala bentuk kemapanan, dari tokoh hingga institusi harus memberi jalan (dan pasti memberi jalan) pada _counterculture_-nya sendiri yang akan membawa kita pada perubahan, dan sesuatu yang lebih baik.
Apakah itu melalui proses yang disengaja atau tidak sengaja. Proses sukarela atau terpaksa, atau sebuah proses _self-destruct_ seperti berpoligami dan merekam video pribadi, tidak ada yang pasti.
Karena yang pasti dari perubahan adalah perubahan itu sendiri.
 

64 thoughts on “Tentang Blogging dan Budaya Balasan”

  1. Losing Virginity Pictures]women seducing virgin boys[/url] - jovencitas virgin youtube says:

    huh… good style )

  2. nice put
    I be subjected to an Iron Horse) This will be my marred outing to Sturgis, we will be leaving on July 28th and staying utterly the 8th.

  3. Asl..mas Enda..salam kenal ya…gw tau blog mas ni dari blog mas Sam…gw kirain mas udah 40 ato 50 taon nyatanya baru 31 masih muda rek….(terserah dech mo liat blog gw ato nggak)..pokoke salam kenal ya mas…:-)

  4. Asl..mas Enda..salam kenal ya..gw tau blog mas ni dari blog mas Sam..gw pendatang baru di dunia pe-blogger-an ni hrs banyak belajr…gw kirain mas Enda tu udah 40 ato 50 gitu..e…ternyata baru 31 masih muda rek…liat jg ya mas blog gw kalo bisa kasih kritikan ehe..:-)

  5. wow..baru tau nih tentang budaya balasan. blog menjadi perusak tatanan media? apalagi ini pak. tapi semuanya memang nyata terjadi. Thanks pak infonya! πŸ˜€

  6. Teknologi tercipta dari hasil keadaan politiksosialekonomi negara yg bersangkutan(Rogers:1967).
    lam kenal dari fithri;)

  7. Person of the year 2006 TIME magazine, adalah “You”, yaitu kamu, saya, dan kita para orang-orang yang membuat dunia semakin sempit dengan adanya blog, youtube, dan semacamnya.
    Blog akhirnya sudah menjadi “budaya” tersendiri, terus apakah nanti akan ada counter-culture untuk menandingi blog?
    Just a thought… πŸ˜€

  8. wah hebat… blog ini selalu penuh dengan komentar… serasa antrian panjang selalu berderet untuk tampil di komentar blog bung Enda…
    Barvi bung Enda!

  9. Salam kenal Mas Enda. Uda lama pingin gabung namun baru sekarang berani. Masih butuh belajar banyak, ni. Kalo boleh sy link ya, biar mudah. Thank you.
    Salam dari Delhi.

  10. would really like to read something so called blog-history. blogger endosah sama berbagai kategorinya (tentu saja bukan a la kuis2 online yang lutu lutu itu)

  11. Yang menarik adalah siapa yang memberikan predikat “selebriti” adalah mereka yang juga melakukan komplain soal berbalasan komentar.
    Publik memang banyak maunya. Sepertinya individu gak akan pernah bisa melayani apa yang jadi maunya publik.

  12. Eh, ternyata di sini disebut kutipan Bapak Mao juga. Benar-benar kebetulan, karena yang saya baca tentang topik ini justru dair Quicklinks. πŸ™‚

  13. saya jadi inget teori equilibrium, bahwa things tends to organize themselves. Apakah ini akan jadi kecenderungan dari blog?

  14. Tulisan yang menggugah, Bung Enda. Sejak semula saya menolak gagasan penyebutan istilah-istilah itu. Apalagi gerakan “Stop Komen di Blog Seleb”. Kitalah yang salah, terjebak pola pikir mainstream media.
    Saya berhutang budi pada blog Bung Enda. Saya belajar dari blog ini ketika mulai pertama kali nge-blog. Thanks!

  15. ini bukan defense sebagai seorang seleb blog kan nda?
    *blog gw bakalan di kunjungi balik gak ya sama enda :p*

  16. mmm… a change is not a change until it changed…
    hehehhe… tapi gue suka dengan counterculture ini. maksud gue, bukankah kita jadi lebih kaya akan knowledge pada saat kita berpikir dari sudut pandang yang berbeda (bahkan totally berbeda)? kekekekek…
    jadi, gue type yang mana? *hari jum’at sore, otak ketinggalan di rumah :D*

  17. #6,
    dan OSPEK itu sendiri telah menjadi institutionalized culture yang menimbulkan counterculture baru…

  18. aneh, buat blog cuma mengharapkan komen ? mendingan main di YM aja kalau gitu. Bagi saya menulis di blog seperti buat film, apakah ada yang nonton itu urusan nomer dua, yang penting sudah bisa berkarya dan menyampaikan sebuah gagasan..

  19. —————-
    Ada yang namanya seleb blog (hehe), blogger senior, bapak blog dan lain sebagainya, yang seolah-olah perlu diminta restunya agar blog jadi lebih baik, seolah-olah menjadi institusi sendiri
    ———————
    Saya masuk golongan “dan lain sebagainya” kayanya ya..?? Whuaa…

  20. Hoor ! Itoe iang diseboet menijr Popper sebagih process verifikatie iang teroes meneroes boeng, dus, apa iang dianggep sabagih ‘betoel’ tempoh ini bole djahadie ‘goejon’ boewat kitaorang poenja ana tjoetjoe ntaran poen.

  21. Karena yang pasti dari perubahan adalah perubahan itu sendiri.

    Setuju! Hidup counter culture!
    Lho? Sebagai blogger junior yang contrarian, harusnya kan saya tidak boleh setuju sama bapak blog. πŸ˜›

  22. seumur2 gue komen di sini, enda baru komen di blog gue sekali
    *pundung
    **cp tub
    #tipikal blogger senior, gak pake WordPress yang sebentar – sebentar update

  23. kalo institusi ,kursusan, pendidikan khusus (apalah namanya) yg khusus menanamkan counter culture ada gak ya bos enda ? yg kira2 klo lulus ketauan banged counter-nya

  24. Wah nda, gue counter culture nih berarti. Dibilangin susah and have my own thing to show. Btw wikipedia id ketemuan loh. Salam dari Ivan!

  25. Ciri-ciri (budaya?) kebanyakan blogger dari indonesia:

    1. kalau ga punya domain menggunakan blogspot, kalau domain sendiri pake wordpress.
    2. memasang shoutbox.
    3. ndaftar gravatar buat komen.
  26. #4,
    Ada “calon bapak blogger, “Rendy” πŸ˜€
    Jarang baca posting Enda kalo dikit-2 (kebanyakan quick link) jadi rada aneh kalau baca posting yg lumayan panjang gini… Bacanya sambil kening berkerut πŸ™‚

  27. institut teknologi blogging
    ada bapak blog indonesia (ikhlasulamal)
    ada mantan bapak blog indonesia ke-1 (enda nst)
    ada mantan bapak blog indonesia ke-2 (priyadi)
    πŸ˜€ πŸ˜€

  28. Counter Culture adalah materi utama OSPEK. Bukan OSPEK namanya jika tak ada penanaman dan simulasi counter culture.

  29. jujur, blog ini jd salah satu yg memberikan saya byk masukan & info2 mengenai dunia blogosphere pas mulai aktif ngeblog lagi bln mei taon ini πŸ™‚
    terima kasih byk ya! dan lagi2 ada posting ini; sejarah dan informasi yg disajikan dgn kemasan yg mudah dipahami.
    dulu saya jg maonya byk yg komen tp pd akhirnya kembali lagi, niatnya kan sharing πŸ™‚

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.