December 19, 2005

Rubrik Hukum: Blogger - Akibat Foto Montase Presiden

Sumber Dari halaman 120 Majalah Tempo
URL: http://www.tempointeraktif.com/majalah/arsip/thn08/edisi43/huk-3.html

Pemeriksaan terhadap pemilik blogger dinilai berlebihan. Polisi masih mencari saksi dan bukti lain.
---------------------------------------

HERMAN Saksono tak biasa berurusan dengan polisi. Saat aparat berseragam cokelat datang ke kantor Gama Techno di kawasan kampus Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Senin pekan lalu, dia kaget bukan kepalang. "Apalagi setelah tahu jumlahnya banyak, sekitar enam orang," kata pemilik jurnal harian di internet (blog) hermansaksono.blogspot.com ini.

Pria 24 tahun ini baru mengerti duduk masalahnya setelah polisi bicara soal "foto mesra" di blognya. Dalam jurnal harian digital di internet milik Herman tersebut terpampang karya foto montase yang diambil dari foto Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang kemudian ditempel, menggantikan gambar salah satu wajah yang sedang berduaan, yang diduga merupakan foto Mayangsari dan Bambang Trihatmodjo. "Bisa ngobrol sebentar?" kata sang polisi.

Kreasi foto montase itu, yang membuat Herman kemudian diperiksa polisi dari pukul 12 siang sampai 22.30 di Kepolisian Daerah Yogyakarta. Mahasiswa Fakultas Teknik Elektro UGM ini pun dijerat pasal penghinaan kepala negara. Ancaman hukumannya lumayan berat, enam tahun penjara.

Polisi meminta Herman mencabut foto Yudhoyono dari blognya. Namun, ketika itu Herman keberatan. Menurut dia, karya tadi merupakan bagian dari kebebasan berekspresi. Akhirnya, polisi kembali menggiring Herman ke Kepolisian Daerah Yogyakarta. Dia menjalani pemeriksaan selama 10 jam. Polisi juga menunjukkan Pasal 134 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tentang Penghinaan terhadap Kepala Negara.

Setelah itu, "foto mesra" Yudhoyono pun menghilang dari blog Herman. Sebagai gantinya, pada blog itu tertera tulisan: "Dengan segala maaf posting-an saya tentang 'foto Mayangsari' adalah rekayasa harus dihapus karena alasan yang tak bisa dijelaskan di sini." Herman mengakui foto itu memang dicabut. "Biar nggak lebih ruwet." ujarnya.

Sebelum Herman diperiksa polisi, Roy Suryo Notodiprojo, pakar telematika mengirimkan pesan singkat via ponsel kepada Afrizal, atasan Herman. "Seorang karyawan Anda, Herman Saksono, melakukan tindakan yang bisa fatal. Dia merekayasa foto Presiden SBY dan hal tersebut dianggap serius oleh Paspampres, kini sedang ditangani Polda DIY.

Pesan singkat tadi menurut Roy, yang kebetulan menjabat Ketua Departemen Komunikasi dan Informatika Partai Demokrat, diniatkan agar nama kampus UGM tidak tercemar. Dia membantah sebagai penyebab ditangkap dan diperiksanya Herman. "Hebat betul kalau saya bisa mengomando Polda DIY maupun Paspampres untuk mengusut kasus ini," katanya sengit. "Tapi, kalau ditanya apakah saya mendukung pemeriksaan Herman, saya katakan, ya."

Menurut Roy, "foto mesra" di blog Herman diketahuinya saat menghadiri pertemuan di satu hotel di Kuala Lumpur, Malaysia, 11 Desember lalu. Waktu itu dia bertemu dengan orang-orang dekat Presiden, termasuk Juru bicara Presiden, Andi Malarangeng. Mereka langsung menunjukkan "foto mesra" Yudhoyono yang dicetak dari blog Herman.

Pihak kepolisian pun membantah kasus ini diusut karena pesanan seseorang. "Anak buah saya buka-buka website. Dari situlah kemudian polisi berinisiatif melakukan pemeriksaan," kata Kepala satuan Reserse Kriminal Kepolisian Kota Besar Yogyakarta, AKP Ayi Subardan .

Menurut Subardan, pemeriksaan Herman telah selesai. Hanya saja, kata dia, apakah akan diteruskan ke pengadilan atau tidak, tergantung beberapa hal. Di antaranya, kebijakan pemimpinnya, plus saksi-saksi dan alat pembuktiannya. "Meski pemeriksaan telah selesai, unsur-unsur pembuktiannya belum terpenuhi," kata Subardan. Polisi masih mencari saksi dan bukti lain.

Direktur Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, Uli Parulian, menilai kasus ini masih merupakan wilayah kebebasan berekspresi, sehingga tak perlu dihadapi dengan jaring pidana. Apalagi menggunakan pasal peninggalan pemerintahan kolonial yang dikenal sebagai hatzaai artikelen. "Ini kan berlebihan sekali," kata dia. Parulian berharap kasus ini tak perlu diteruskan.

Abdul Manan, Heru Nugroho

Opini: Siapa Kepeleset Foto Presiden

Sumber asli di: http://www.tempointeraktif.com/majalah/arsip/thn08/edisi43/opi-4.html

Sikap simpatik Presiden Yudhoyono merespons tindakan usil rekayasa foto dirinya di jurnal Internet patut dipuji. Polisi tak perlu repot-repot menyidik sang blogger belia.
-----------------------------------------------------

ADA baiknya polisi mengikuti sikap simpatik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam merespons kasus rekayasa foto sang Presiden oleh Herman Saksono, pemilik jurnal di Internet (blog) yang menghebohkan itu. Ketika ditanyakan reaksinya terhadap tindakan usil anak muda asal Yogyakarta itu, Presiden cuma tertawa. Di akhir acara tatap muka dengan masyarakat Indonesia di Thailand, Kamis pekan lalu, Presiden bahkan berpesan agar proses hukumnya tak perlu diperpanjang, cukup dipanggil, dinasihati, tak usah dikembangkan macam-macam.

Langkah persuasif ini tentu saja patut dipuji. Sejauh ini polisi bereaksi supercepat bak menerima informasi tentang gelagat seorang teroris yang bakal mengguncangkan sendi-sendi kehidupan negara dan masyarakat. Herman, karyawan sebuah perusahaan teknologi informasi itu, zonder ba-bi-bu, langsung digelandang aparat. Ia diinterogasi berjam-jam, pemeriksaannya dioper sana-sini, dari kepolisian provinsi ke Kepolisian Kota Besar Yogyakarta. Ia dijadikan tersangka dengan tuduhan serius dan gawat: tindak pidana makar, menghina kepala negara, yang salah-salah bisa dipenjara enam tahun.

Padahal ulah Herman iseng belaka. Kendati tidak sopan, tapi tak mesti dirisaukan, apalagi dianggap berbahaya. Ia agaknya ingin bercanda ketika melakukan rekayasa foto mesra orang yang mirip seorang penyanyi Indonesia bersama orang yang mirip pengusaha Bambang Trihatmodjo, lalu menggantinya dengan wajah SBY, plus wajah pengamat telematika Roy Suryo dan sejumlah figur publik beken lainnya. Teknik pelesetan foto macam begini "yang sering tak sopan" sudah jamak di ranah maya Internet. Lulusan Universitas Melbourne ini tentunya sudah terbiasa mengakses pelbagai hasil rekayasa komputer.

Lelucon kreativitas begini mestinya tak perlu ditanggapi serius. Apalagi Herman bukanlah satu-satunya pengguna Internet yang kadar iseng dan jailnya begitu tinggi. Blog pun bukanlah satu-satunya media di Internet untuk menyalurkan keisengan, sehingga "membina" Herman dengan menginterogasinya berjam-jam dan berlarut-larut tak akan menjamin orang lain tak meniru. Memenjarakannya ke LP Cipinang pun tak ada gunanya. Bisa-bisa reaksi kaum blogger dan netter makin seru: tergoda berunjuk rasa dengan menyebarluaskan karya Herman. Apalagi sejauh ini kita masih belum punya undang-undang yang mengatur ihwal Internet.

Majalah ini hanya mempertanyakan tindakan kelewatan dalam "membina" keisengan ala Herman ini. Bukan saja tindakan ini tak produktif, melainkan bisa memberikan citra buruk bagi komitmen pemerintah dalam menjamin kebebasan berekspresi setiap warga negaranya. Apalagi pernyataan Ketua Departemen Komunikasi dan Informatika Partai Demokrat, Roy Suryo, yang mengatakan bahwa Herman sudah "dibina" karena kasus ini, terdengar sangat beraroma suara pembela pemerintah zaman Orde Baru"yang alergi dengan segala yang berbau kritik dan kebebasan berekspresi. Seharusnya kita lebih terfokus menangani seabrek masalah penting lainnya ketimbang perkara perentil-perentil begini.

December 16, 2005

Editorial Tempo: Foto Rekayasa Presiden

Jum'at, 16 Desember 2005
Editorial
Foto Rekayasa Presiden

Polisi bertindak berlebihan kepada Herman Saksono, pemilik sebuah jurnal di Internet (blog), dengan menuduhnya melakukan penghinaan terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Polisi bertindak berlebihan kepada Herman Saksono, pemilik sebuah jurnal di Internet (blog), dengan menuduhnya melakukan penghinaan terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Herman, anak muda berusia 24 tahun yang bermukim di Yogyakarta, hanya ingin bergurau ketika di jurnalnya melakukan rekayasa foto mesra orang yang mirip seorang penyanyi Indonesia bersama orang yang mirip pengusaha Bambang Trihatmodjo dan menggantinya dengan wajah SBY, juga wajah pengamat telematika Roy Suryo, dan figur publik lainnya.

Membawa Herman ke kantor polisi, bahkan sekadar untuk dimintai keterangan, terkesan terlalu serius. Di dunia maya Internet, anak muda yang menamatkan pendidikan di University of Melbourne ini tentu terbiasa mengakses berbagai hasil rekayasa komputer di era digital ini. Tak ada yang berbahaya di sini. Ini adalah kreativitas biasa, walau tak bisa dikatakan sopan.

Herman bukan satu-satunya pengguna Internet yang kadar keisengannya tinggi. Blog pun bukanlah satu-satunya media di Internet untuk menyalurkan keisengan, sehingga "membina" Herman dengan cara menginterogasinya berjam-jam tak akan menjamin orang lain tidak akan menirunya. Malah, dengan berbagai motif--entah menunjukkan protes, simpati, entah sekadar mengejek--akan banyak pengguna Internet yang tergoda untuk menyebarluaskan karya-karya Herman. Hal yang kecil dan hampir tak terlihat akhirnya malah akan menjadi besar.

Maka yang bermasalah sebenarnya bukan karya Herman itu, melainkan tindakan "membina" yang dilakukan dengan cara yang kelewat serius tadi. Lebih lagi bila diingat bahwa Indonesia belum mempunyai undang-undang yang mengatur masalah Internet.

Karena yang memerintahkan "pembinaan" ini bukan Presiden SBY, patut diduga yang bereaksi berlebihan adalah mereka yang merasa perlu melindungi martabat Presiden secara all-out. Mereka bisa aparat keamanan di sekeliling Presiden, bisa juga orang yang berasal dari partai yang mendukung Presiden. Pernyataan Ketua Departemen Komunikasi dan Informatika Partai Demokrat Roy Suryo, yang menjadi salah satu korban keisengan Herman, yang mengatakan bahwa Herman sudah "dibina" karena kasus ini, terdengar mirip suara-suara pembela pemerintah pada zaman Orde Baru.

Masih banyak urusan yang lebih penting dikerjakan orang-orang di "Ring 1" Presiden, ketimbang terus "mengelap" Presiden hingga tampak selalu moncer di mata masyarakat. Apalagi Presiden SBY sudah mengatakan tak ingin ada orang dipenjara karena menghina dirinya, termasuk membakar foto dirinya. Cara kasus Herman ditangani sama sekali tidak menunjukkan sikap Presiden terhadap orang yang memperlakukannya secara kurang pantas.

Herman bukan blogger yang menyembunyikan identitasnya di Internet. Seharusnya ada cara yang lebih bijak dan tak kelewat serius sampai perlu menggunakan polisi. - Show quoted text -

http://korantempo.com/korantempo/2005/12/16/Editorial/krn,20051216,94.id.html

January 18, 2005

TANGGAPAN terhadap komentar Roy Suryo tentang Blog

Dibawah ini adalah tanggapan singkat tentang komentar pengamat multimedia Roy Suryo terhadap komentarnya mengenai blog yang dimuat di Media Indonesia, Rubrik Teknologi, Kamis 6 Januari 2005 dengan judul berita “‘Blog’, Sarana Informasi Alternatif” [URL: http://www.mediaindo.co.id/cetak/berita.asp?id=2005010602351018]

Kutipan berita:

“…Tetapi, pengamat multimedia Roy Suryo menyarankan pengakses internet untuk lebih percaya kepada situs-situs resmi daripada weblog. Alasannya, nilai pertanggungjawaban dari pembuat blog masih terbatas dan sumber penulisannya tidak bisa ditentukan. “Blog itu satu tren saja. Jadi, seperti agenda yang bisa ditulisi macam-macam. Saya melihat blog sendiri kebanyakan masih berupa katarsis atau tempat curahan emosi,” ungkap dosen UGM ini kepada Media kemarin…”

Walau bukan kutipan verbatim wawancara dan dengan tidak menutup kemungkinan perubahan editorial, dapat ditangkap dua inti pernyataan Roy Suryo tentang blog yaitu:

1. Blog tidak dapat dipercaya, tidak ada pertanggung jawaban penulis, kebanyakan berupa tempat curahan emosi [katarsis]

2. Blog adalah sebuan tren
 

Dibawah ini adalah tanggapan terhadap pernyataan diatas:
 

I. MEDIA BLOG, ANTARA FORMAT DAN ISI

Blog (kependekan dari Weblog) didefinisikan secara singkat sebagai website yang menampilkan posting satu atau lebih individu dalam susunan kronologis (dimana biasanya posting terbaru ditempatkan diatas).

Sebagai media yang baru adalah lumrah bagi banyak orang awam yang tidak familiar dengan format ini untuk mengeneralisasi dan mencampurkan pengertian blog sebagai format dan blog sebagai media dengan informasi khusus.

Blog sebagai format adalah bentuk terbaru dari hasil evolusi perkembangan format-format media yang terus menerus berlangsung di Internet.

Secara analogis, blog dapat disejajarkan dengan format-format media lain seperti Televisi [audio, video], Radio [audio], Koran dan Majalah [tulisan].

Karena sebab diatas, maka adalah aneh untuk menyatakan ketidakpercayaan terhadap sebuah format.

Ketika Roy Suryo menyatakan bahwa “Blog tidak dapat dipercaya”, maka saudara Roy telah membingungkan masyarakat dengan mencampuradukkan antara blog sebagai format dan isi dari blog itu sendiri.

Analogikan dengan pernyataan “Televisi tidak dapat dipercaya”, karena televisi sendiri adalah sebuah alat elektronik yang bisa menyajikan suara dan gambar. Sehingga bukan terhadap “televisi” (sebagai format) kita tidak percaya, tapi kita tidak percaya terhadap isi yang disajikan oleh televisi.

Blog sebagai format, sebaliknya justru telah mendunia dan diadopsi serta diagung-agungkan sebagai format media baru yang efektif, murah dan mudah digunakan.

Format blog telah diadopsi oleh banyak kalangan, individu maupun organisasi untuk berbagai tujuan karena karakteristiknya yang mudah digunakan, permanen, cepat dan informatif.

Dari keperluan hubungan masyarakat [Public Relation] dunia bisnis, kampanye politik, pemberitaan [jurnalisme] hingga pengorganisasian massa telah dilakukan dengan menggunakan format blog.

Tanpa menutup mata, karena sifatnya yang mudah dan murah tadi, blog juga digunakan sebagai alat komunikasi pribadi sehari-hari oleh banyak orang, sehingga banyak juga blog yang berisi cerita pengalaman atau pemikiran pribadi maupun luapan emosi.

Walaupun begitu, tidak diperlukan intelegensia tinggi untuk membedakan kredibilitas informasi yang dibutuhkan ketika kita berhadapan dengan suatu blog. Dan adalah salah untuk mengeneralisasi isi semua blog sebagai tempat curahan hati.

Blog sebagai format dan isi blog sebagai media karenanya berbeda dan harus dibedakan.
 

II. BLOG BUKANLAH TREN

“Tren” [Trend] yang kami tangkap dari pernyataan Roy Suryo didefinisikan sebagai suatu kecenderungan sementara atau musim yang akan hilang atau berganti.

Ada dua kecenderungan arah pergerakan ketika sesuatu yang baru muncul, akan ada seterusnya atau akan hilang. Ketika dia hilang, maka kita bisa mengatakannya sebagai tren (musim), seperti model fashion tertentu. Ketika tetap ada, maka antara dia menggantikan apa yang sudah ada, atau memiliki fungsi komplementari dari apa yang sudah ada.

Dari sisi ini, dengan keunggulan format blog, keberagaman penggunaan format serta kenyataan bahwa blog adalah hasil evolusi dari berbagai eksperimen penggunaan media di internet maka adalah sangat kecil kemungkinan blog akan hilang di masa yang akan datang, justru sebaliknya.

Kecenderungan yang dapat kita lihat sekarang adalah makin bertambahnya jumlah blog dengan beragam pengguna serta penggunaan. Selain blog biasa kini juga sudah muncul Photoblog, MP3blog, Videoblog, Moblog [mobile blog] dan lain-lain

Di Amerika Serikat, menurut laporan terbaru Pew Internet & American Life Project, di akhir 2004 blog telah mengokohkan diri sebagai bagian dari budaya online. http://www.pewinternet.org/PPF/r/144/report_display.asp

Pembaca blog melonjak hingga 58% pada 2004 dimana kini 27% dari pengguna internet adalah pembaca blog.

Blog bukan saja telah dinobatkan sebagai “Words of the year 2004” oleh penerbit kamus kenamaan Merriam-Webster [http://www.m-w.com/info/04words.htm], bahkan ABC News di Amerika menobatkan Bloggers [para pemilik dan penulis blog] sebagai “People of the Year 2004” [http://abcnews.go.com/WNT/PersonOfWeek/story?id=372266&page=1].

Berbagai blog milik perusahaan besar dan bahkan media bermunculan setiap hari. Dari Microsoft hingga IBM memiliki fasilitas blog untuk mengkomunikasikan internal perusahaan mereka.

Keberadaan blog seterusnya ditentukan oleh keunggulan dan sifatnya, apakah dia akan menggantikan media yang lama atau akan bersifat komplementari dengan media tradisional.

Keunggulan Blog sebagai media baru didukung oleh faktor-faktor dibawah ini:

1. Murah, membuat blog murah dan tidak memerlukan resource yang besar 2. Mudah, mengurus blog sederhana dan tidak rumit 3. Cepat, informasi yang diterbitkan dalam hitungan detik sudah bisa diakese oleh audiens yang tidak terhingga. 4. Statis dan permanen, fakta dan informasi dalam blog dalam dirujuk dan berupa text sehingga dapat dikutip dan mudah dilacak 5. Sindikasi, blog dilengkapi dengan fasilitas sindikasi yang memungkinkan pembacanya membaca berbagai blog dengan mudah

Dari fakta-fakta diatas didukung dengan makin besarnya [bukan makin sedikit] pengguna komputer dan internet, serta pergerakan kebudayaan dan teknologi umat manusia yang makin bersender pada informasi maka tidaklah jauh dari kebenaran prediksi bahwa format blog dan blog itu sendiri serta turunannya tidak akan hilang seperti musim dalam waktu dekat ini [tren], bahkan sebaliknya eksperimen, kebutuhan dan kemajuan teknologi akan mengeksploit dan mengeksplor format blog menjadi media-media baru yang belum lagi bisa kita perkirakan sekarang ini.
 

Beberapa link:

A. Blog perusahaan [corporate blog] diantaranya:

B. Blog milik media:

C. Artikel dari OJR [Online Journalism Review, websitenya Annenberg School for Communication, University of Southern California.]:

September 10, 2004

Jemaah Islamiyah Statement - Jakarta Bombing 9 Sept 2004

Pernyataan Jemaah Islamiyah berkaitan dengan ledakan bom di Kedubes Australia, Kuningan Jakarta, 9 September 2004.

Sumber berita dan terjemahan dari JI ‘claims Jakarta car bombing’

Sumber pernyataan dikabarkan dari situs forum: www.islamic-minbar.com (dalam bahasa arab)

“We decided to settle accounts with Australia, one of the worst enemies of God and Islam … and a mujahedeen brother succeeded in carrying out a martyr operation with a car bomb against the Australian embassy”

“We advise all Australians in Indonesia to leave, or we will make it a grave for them, God willing, in the war against our brothers in Iraq and supported the invading forces.”

“In the case of (the government) not complying with our demands, we will direct numerous painful blows, God willing, against them and the queue of car bombs will not stop.”

“It is the first of a series of attacks. … We advise Australians in Indonesia to leave this country or else we will transform it into a cemetery for them”

SIGNED
Jemaah Islamiyah in eastern Asia — department of information — Indonesia.

Chronology of terrorist attacks in Indonesia

A bomb explosion occurred Thursday outside the Australian embassy in Jakarta, capital of Indonesia, which killed at least eleven people and wounded more than 100. The blast has been widely condemned by the international community.

The following are the main terror attacks in Indonesia in recent years.

  • Jan. 10, 2004 — Four people are killed and three are injured by a bomb in a cafe in Palopo on central Sulawesi island.
  • Aug. 5, 2003 — A car bomb explodes in front of the J.W. Marriott Hotel in central Jakarta, killing 12 people and wounding 149. Fifteen Islamic militants alleged to be members of the al-Qaida-linked Jemaah Islamiyah regional terror group have been convicted over the blast.
  • Dec. 5, 2002 — A bomb explodes outside a McDonald’s restaurant on Sulawesi, killing three people and wounding 11 others. Jemaah Islamiyah-linked militants are blamed for the blast.
  • Oct. 12, 2002 — Just before midnight, two bombs explode almost simultaneously in a night club district on the tourist island of Bali, killing 202 people, most of whom are foreign tourists. Thirty-three alleged Jemaah Islamiyah operatives have been convicted so far and three have been sentenced to death.
  • June 6, 2002 — An explosion occurs on a bus in Sulawesi Province, killing four people and wounding 17 others.
  • Dec. 25, 2000 — Bombs explode at 11 churches across the country on Christmas Eve, killing 19 people and injuring about 100.The attacks have been blamed on Jemaah Islamiyah.
  • Sept. 13, 2000 — A car bomb explodes inside the garage of the Jakarta Stock Exchange building, killing 10 people and injuring 16.Police claim Acehnese separatists rebels are behind the explosion.
  • Aug. 1, 2000 — A blast kills two people and seriously injures the Philippine ambassador to Indonesia.
  • April 19, 1999 — The ground floor of Jakarta’s main Istiqlal mosque is damaged by a bomb allegedly set off by Jemaah Islamiyah.No one is injured. Enditem

June 15, 2004

DID YOU KNOW DEBUNKED

From: DID YOU KNOW DEBUNKED

FACTS

A dime has 118 ridges around the edge.

A cat has 32 muscles in each ear.

A crocodile cannot stick out its tongue.

A dragonfly has a life span of 24 hours.

A goldfish has a memory span of three seconds.

A “jiffy” is an actual unit of time for 1/100th of a second.

A shark is the only fish that can blink with both eyes.

A snail can sleep for three years.

Al Capone’s business card said he was a used furniture dealer.

All 50 states are listed across the top of the Lincoln Memorial on the
back of the $5 bill.

Almonds are a member of the peach family.

An ostrich’s eye is bigger than its brain.

Babies are born without kneecaps. They don’t appear until the child
reaches 2 to 6 years of age.

Butterflies taste with their feet.

Cats have over one hundred vocal sounds Dogs only have about 10.

“Dreamt” is the only English word that ends in the letters “mt”.

February 1865 is the only month in recorded history not to have a full
moon.

In the last 4,000 years, no new animals have been domesticated.

If the population of China walked past you, in single file, the line
would never end because of the rate of reproduction.

If you are an average American, in your whole life, you will spend an
average of 6 months waiting at red lights.

It’s impossible to sneeze with your eyes open

Leonardo Da Vinci invented the scissors.

Maine is the only state whose name is just one syllable.

No word in the English language rhymes with month, orange, silver, or
purple.

On a Canadian two dollar bill, the flag flying over the Parliament
building is an American flag.

Our eyes are always the same size from birth, but our nose and ears
never stop growing.

Peanuts are one of the ingredients of dynamite.

Rubber bands last longer when refrigerated.

“Stewardesses” is the longest word typed with only the left hand and
“lollipop” with your right.

The average person’s left hand does 56% of the typing.

The cruise liner, QE2, moves only six inches for each gallon of diesel
that it burns.

The microwave was invented after a researcher walked by a radar tube and
a chocolate bar melted in his pocket.

The sentence: “The quick brown fox jumps over the lazy dog” uses every
letter of the alphabet.

The winter of 1932 was so cold that Niagara Falls froze completely
solid.

The words ‘racecar,’ ‘kayak’ and ‘level’ are the same whether they are
read left to right or right to left (palindromes).

There are 293 ways to make change for a dollar.

There are more chickens than people in the world.

There are only four words in the English language which end in “dous”:
tremendous, horrendous, stupendous, and hazardous

There are two words in the English language that have all five vowels in
order: “abstemious” and “facetious.”

There’s no Betty Rubble in the Flintstones Chewables Vitamins.

Tigers have striped skin, not just striped fur.

TYPEWRITER is the longest word that can be made using the letters only
on one row of the keyboard.

Winston Churchill was born in a ladies’ room during a dance.

Women blink nearly twice as much as men.

Your stomach has to produce a new layer of mucus every two weeks;
otherwise it will digest itself.

Is it true, click the following link

Continue reading "DID YOU KNOW DEBUNKED" »