_Blogs will not change the world, but it might change you –enda_
Seperti diceritain di “posting sebelum ini”:http://enda.goblogmedia.com/apakah-blogger-jurnalis.html gue mendapat kesempatan untuk hadir di konferensi *Free Expression in Asian Cyberspace* di Makati, Manila, Philippines.
Peserta yang tercatat datang sekitar 50-80 orangan, tergantung session dan hari. Konferensinya sendiri di co-host oleh “Southeast Asian Press Alliance (SEAPA)”:http://www.seapa.org/ dan “Philippine Center for Investigative Journalism (PCIJ)”:http://pcij.org/ [PCIJ ini cukup ngetop di Philippina].
Peserta konferensi terbagi dua antara blogger dan jurnalis. Sebagian pembicaraan adalah tentang bagaimana menggunakan Internet atau bagaimana Internet digunakan sebagai media penyampaian informasi di negara-negara di Asia, terutama mereka yang bermasalah dengan kebebasan berekspresi.
Dari Indonesia sendiri cuma ada satu blogger [ini yg blognya lagi kamu baca], dan beberapa teman lain yang jadi kenal saat konferensi. Ada *Mbak Dini Widiastuti* dari “Article 19”:http://www.article19.org/, NGO dibidang kebebasan media yg berkedudukan di London. Sedang dari Jakarta, ada *Pak Tedjabayu* dan *Mas Lalang Wardoyo* dari “Institute Studi Arus Informasi ISAI”:http://www.isai.or.id/ yang ditemani oleh *Heni* dari LSM tentang keluarga Berencana. Serta juga *Mas Heru Hendratmoko* Ketua Umum “Aliansi Jurnalis Independen AJI”:http://ajiindonesia.org/id/pengurus.php yang juga Program Director “Radio 68h”:http://www.radio68h.com/
Beberapa catatan dan pelajaran yang bisa diambil dari Konferensi dan menarik buat gue:
* Vietnam, Cambodia, Burma (Myanmar), Malaysia, Singapore, Pakistan, Nepal masih berjuang mencapai kebebasan yang sudah kita nikmati sekarang di Indonesia.
* _Banyak pihak berkepentingan_ terutama dengan isu yang berkaitan dengan Kebebasan Berekspresi atau Media serta perlindungan jurnalis. Jadi jangan kuatir. Beberapa diantaranya yang berpartisipasi pada konferensi ini adalah “Open Society Institute”:http://www.opensocietyinstitute.com/ bagian dari “Soros Foundation Network”:http://www.soros.org penyandang dana konferensi ini, “Article 19”:http://www.article19.org/ yang udah gue sebut diatas, “Reporters sans fronti?res”:http://www.rsf.org dan “Committee To Protect Journalists”:http://www.cpj.org/
* *Piyapong Phongpai*, dari Thailand: Ga soal apakah blogger ngeblog tentang hal politis atau cuma kegiatan sehari-hari [katarsis], yg penting mereka ngeblog! Karena saat terjadi sesuatu yang berdampak pada keseharian mereka, maka ga susah buat mereka mengungkapkan hal tersebut di blognya _hence_ politis.
* Sedang yang paling menarik buat gue adalah yang diungkap oleh *Owais Aslam Ali*, direktur dari “Pakistan Press Foundation”:http://www.pakistanpressfoundation.org/ bahwa pengguna Internet dan media didalamnya, termasuk blogger _bias terhadap mereka yang memiliki akses internet [kelas menengah atas] dan bias terhadap mereka yang bisa berbahasa inggris [kaum intelektual] yang tidak mewakili suara kebanyakan orang.
_True indeed_, terutama di negara berkembang, jangan berpura-pura bahwa suara blogger mewakili semau orang, karena toh hanya sebagian kecil dari populasi yang punya akses ke Internet, dan dari situ lebih kecil lagi yang punya blog.
Jadi “suara blogger”, karenanya memiliki bias terhadap kepentingan para blogger sendiri atau kelas/kalangan dimana para blogger tersebut berada.
_Anyway_, banyak lagi materi yg lumayan menarik dari konferensi diatas, file presentasi bisa di-UNDUH di blog ini: “FREE EXPRESSION in Asian Cyberspace”:http://freeexpressionasia.wordpress.com/
Catatan terakhir adalah. Minggu lalu di “milis ITB”:http://www.mail-archive.com/itb@itb.ac.id/maillist.html, ada miliser yang berkata _”Persetan dengan kebebasan berekspersi dll, yg penting bisa hidup enak, bensin, makanan murah dsb”_.
Gue cuma mau bilang: Persetan kebebasan? PIKIR LAGI!
_Sudah cukup banyak yang berkorban_ untuk kemewahan yang kita nikmatin sekerang. Bisa ngeblog dengan bebas, bisa bermilis/berforum ria dengan bebas, tanpa harus takut-takut kalo tiba-tiba kita digelandang ke kantor polisi atau ke markas kodam karena kita ngeritik atau mengecam seseorang atau suatu institusi.
Kalo mendengar cerita teman-teman dari negara lain rasanya miris, dan mengingatkan saat kita masih dibawah *Rezim Soeharto*. Dua orang Jurnalis dari Vietnam _ditangkap_ saat mereka hendak menghadiri konferensi. Organisasi jurnalis di Vietnam seluruhnya masih dibawah tanah. Dan mereka yang berani berbicara atau mengkritik akan mendapat tekanan berat, bukan pada mereka sendiri tapi pada semua orang dilingkungannya. Istri, suami, anak dan keluarganya tidak bisa mendapat kerja, dan semua teman menjauh. Ini terdengar sangat familiar.
Sudah saatnya kita tidak melupakan dan tidak _taken for granted_ kebebasan yang kita miliki sekarang.
Mungkin kita terlihat seperti terlalu bebas sekarang, tapi niscaya yg kita punya sekarang adalah *modal dasar* untuk membangun masyarakat yang sehat, berdiri sendiri, transparan dan akuntabel dan bukan sekedar masyarakat stabil tapi dipaksakan.
Bakal makan waktu, tapi sabar aja. Ga semuanya begitu gampang seperti membalik telapak tangan. Setidaknya kita sudah di _track_ yang benar.
» _[Foto-foto yang gue ambil saat Konferensi dan beberapa disekitar Makati, Manila bisa dilihat di “Account Flickr gue”:http://www.flickr.com/photos/enda/sets/72157594346675012/.]_
» _[Sedang foto-foto blogger lain dan semua orang yang juga ngeupload ke Flickr bisa diliat dengan “tag feac2006”:http://www.flickr.com/photos/tags/feac2006/.]_
» _[Dan materi presentasi (file2) speaker dan kilasan materi pembicara, termasuk video dari setiap pembicara bisa dilihat di blog yang dibuat saat konferensi dilaksanakan: “FREE EXPRESSION in Asian Cyberspace”:http://freeexpressionasia.wordpress.com/.]_
Tentang blog, aku optimis ini bakal lebih menjamur, sejalan dg perkembangan internet di berbagai kalangan.
Dan kebebasan, ya kita sudah (dan masih sedang) memulainya, sejalan dg perkembangan demokrasi di negara kita. Yg pasti semakin demokratis jaminan kebebasan akan semakin besar. It takes time ofcourse and it depend on us.
jika ada (dgn bebasnya) mengatakan “persetan dengan kebebasan ! yang penting bensin murah, makanan murah dsb), muna donk kan dia baru saja menikmai kebebasan ! (dgn bebasnya berceloteh di milist hmmm
Mas Enda, pernah baca Habermas dan teori public sphere ampe khatam ya? Lancar bgt cerita ttg kaitan internet, informasi, kebebasan berekspresi dan menyampaikan informasi, plus masyarakat madani … proficiat deh mas Enda
ih gada shoutbox-nya π saya pasang foto kita wkt diBdg dulu, mau lihat? mungkin pak enda udah lupa
Sutradara film-film religi berbau mistik di televisi juga sedang ber ekspresi.
Kasihan mereka, sering di serang dengan kata “dampak”
Bener nda, orang Indonesia belum sadar dirinya bebas. Waktu bikin presentasi makalah kontroversi playboy Indonesia. Gue ngerasa ketabok banget pas ngumpulin data baca piagam PBB, UUD 45 pasal 28 kebebasan berekspresi, dan UU pers kita. Oh God (I said to myself), we’re free..
Bahwa demokrasi itu adalah minimalisme campur tangan pemerintah dalam kehidupan masyarakat dan mendorong masyarakat untuk mengatur dirinya sendiri.
So I stood there in front of the class saying that, “we’re free” hoping that they would realize what it meant. Soalnya capek juga ndengerin mereka berpendapat selama dua minggu bilang, pemerintah mustinya mengatur kita, membuat peraturan… orba thingy
Bahwa kebebasan MENCARI informasi – termasuk informasi seks adalah salah satu hak hakiki. Dan urusan aurat adalah urusan individu dan agama bukan urusan pemerintah.
Bila mau merevisi UU perlindungan anak dan wanita untuk penanggulangan akibat pornografi dan pencegahan pornografi dan kekerasan MONGGO….. gue dukut berat.
Pencegahannya bentuknya seperti apa: Plastik TIDAK tembus pandang untuk publikasi cetak yang mengandung pornografi. Distribusi terbatas dengan batasan umur (jam tayang) untuk elektronik.
Tapi bila ada yang mencari pornografi dan memang sudah dewasa, itu hak dia to? Kalo mo diatur pemerintah dan pake undang undang kok ya jadi rancu (batasannya kabur)
sori Nda ngelantur!
blog seperti katarsis dalam sebuah represi, atau kesempatan untuk mengungkapkan tanpa perlu pusing dengan segala konsekuensi berat. andai di daerah-daerah konflik di tepi-tepi indonesia juga ada blog, pastilah bergumpal-gumpal masalah bakal ketahuan tanpa harus ditutupi oleh sejarah ala penguasa… π
gw sih tetep setuju dengan kebebasan berpendapat, gw suka dengan kebebasan berekspresi…. tapi gw suka sebel ama orang2 yang bertindak anarkis dan premanisme dengan megatasnamakan kebebasan….hidup blog ! media bebas tanpa kekerasan, π
tapi walaupun katanya bebas sebenarnya di Indonesia belum 100% bebas, masih penguasa atau kaum mayoritas yang menang, sementara yang bukan itu harus rela duduk di kursi yang second level
setuju comment no.1,
bebas berekspresi, sebatas sampe masuk penjara kali ya.
kasian sekali Herman Saksono, kalo gitu. hare gene digelandang ke kantor polisi? orba banget! DIBINA, yeah right.
btw thx bahan2nya.
Indonesia has a funny definition about freedom, they (the authority) never learn.
Sebenarnya apa yang miliser ITB katakan, adalah sebagian besar suara rakyat, seperti yang diungkap #15 pada piramida maslow kebutuhan pertama adalah makan, baru sandang dan papan, keamanan baru aktualisasi diri (kebebasan berpendapat/berpolitik/demokrasi) karena di indonesia orang yang belum terpenuhi kebutuhan makannya masih banyak, akibatnya banyak demo bayaran, money politik ect. tapi mengesampingkan semua itu kita harus bersyukur telah dapat memenuhi kebutuhan akan kebebasan, di saat banyak orang masih berjuang untuk kebutuhan dasarnya,…
Di piramida maslow, kebebasan berpendapat posisinya jauuh diatas kalau dibanding kebutuhan sekedar ‘makan enak, tidur enak’.
wah lagi repot nda… bebas berpendapat tapi ga punya pendapat π
saya mulai menjadi jurnalis tahun 96, tak lebih dua tahun sebelum masa kebebasan. sekarang, saya sudah lupa, bahwa dulu saya pernah tidak bebas menulis….
wah, seru oge, yeuh… betul kebebasan harganya mahal
Jadi ingat tulisan Emha jaman ORBA.
“Kenapa Anda periksa gigi koq sampe ke Singapore? Apa di Indonesia gak ada dokter gigi?”
“Ada. Tapi di Indonesia tidak ada kebebasan untuk buka mulut.”
Good job. Keep up the good work.
Jadi nyari kutipan tentang “freedom” :
“Freedom is like air, you breathe it in and never thought of it until you go to space.” –(origin needed)
Orang sering g sadar g punya kebebasan sampai kebebasan itu direnggut.
Untuk bisa naik ke puncak gunung itu kan harus lewat jalan yang menanjak dan sulit. Tanpa alat-alat dan supply makanan yang memadai ngga akan bisa ke sana. Namun setelah tiba disana, rasanya puas banget. Nah, kita nih lagi jalan menanjak ngga tahu kapan sampainya. Tapi akan sampai koq… Bagus nda, selamat ya.
setelah iklim kebebasan berekspresi kita rasakan, rasa-rasanya kini perlu dipikirkan kampanye tentang kebebasan bereksi .. hhehe .. sorry π
kebebasan masih mahal, bahkan untuk berexpresi sekalipun
gw setuju kalo kadar kebebasan berekspresi di Indonesia tingkatnya lebih tinggi daripada di beberapa negara lain di Asia Tenggara. Tapi kalo masalah pemanfaatan kebebasan berekspresi ini (…modal dasar untuk membangun masyarakat yang sehat, berdiri sendiri, transparan dan akuntabel dan bukan sekedar masyarakat stabil tapi dipaksakan….), rasa-rasanya Indonesia bakalan lebih ketinggalan daripada negara-negara lain.
Congratulation atas partisipasinya dalam forum itu. Saya yakin, momentum demikian sangat baik buat proses perblogan di tanah air. Ketika sebagian sangat risau menulis di blog sebagai tanda kegagalan untuk tampil di koran, sebagian lain justru dengan sadar merasa nyaman berekspresi melalui blog. Blog itu membebaskan dan itu tidak main-main. Setuju sekali bahwa kita perlu mensyukuri kebebasan karena itu bukan barang obralan yang ada di mana-mana. Selagi lagi, selamat. Mungkin perlu dipikirkan agar seminar internasional dunia blog juga dilaksanakan di Indonesia, lewat berbagai sponsor…. Salam, Anwar.
om enda ke sana gratis ya? asik dong.. ternyata masih ada orang baik, seperti om soros, yang mau bagi-bagi uang gratis ya.. kira-kira ada kepentingannya gak ya? :))
yap yap, go blog! π
kayanya elo bener soal kebebasan (kita).
hal kaya’ kebebasan itu gak gitu terasa sih sampe kita bener2 gak punya. Gak kaya’ mobil misalnya, kerasa banget biar dinaikin tiap hari juga.
btw, gak dicari2 knp cuman ada satu blogger, coba dikomunikasiin ke blogger2 ngetop lainnya… knp… π
last but not least, way to go lagi Enda!!!
Setelah kita bisa bebas berekpresi dan menjalin komunikasi di dunia maya. Kini saatnya berupaya agar akses internet dapat dinikmati semua kalangan dengan mudah dan murah.