The title alone worth reading into π
Click to read:Β An Autopsy of a Dead Social Network | MIT Technology Review.
The title alone worth reading into π
Click to read:Β An Autopsy of a Dead Social Network | MIT Technology Review.
Dalam tatanan sosial, prinsip _equality_ atau _egalitarianism_ adalah salah satu prinsip penting di jaman modern ini. Prinsip inilah yang jadi dasar pijakan *demokrasi* bahwa semua orang dianggap sama, punya hak yang sama (satu suara) dan tidak boleh dibeda-bedakan.
Tidak boleh ada diskriminasi berdasarkan agama, ras, jenis kelamin atau apapun. Tidak ada *kelas* dalam masyarakat, tidak ada kasta seperti di India. Semua orang sama.
_Nice isn’t it?_ π Kamu mungkin akan berargumentasi bahwa hal diatas cuma dalam teori dan banyak praktek yang tidak sejalan dengan teori itu. Mungkin.
Yang lucu, baru gue sadari, bahwa dalam *tatanan pribadi*, teori _equality_ atau kesamaan itu bukan saja _mungkin tidak dipraktekkan_, tapi bahkan *salah* sama-sekali.
_We are totally differentiates people that are around us._ We *discriminate*, there are *no* _egalitarianism rationale_ when we are talking in the *individual level*.
Coba kamu liat di sekeliling kamu ada siapa aja? Bukankah adalah sebuah kenyataan bahwa kita selalu meng-[_assign rating_] hubungan kita pada setiap orang?
Kita *mengkelas-kelaskan* orang-orang disekeliling kita. Ada yang kita _deket_ ada yang jauh, ada yang sahabat, ada yang _kenal gitu-gitu aja_.
Temen, yang namanya temen, ada temen rumah, temen kantor, temen sekolah, temen lama, temennya temen, temen maen, temen blog, temen ceting dan seterusnya, dan seterusnya.
Bahkan dalam kelompok yang namanya *keluarga* pun kita membuat kelas-kelas. Ada yang namanya ayah, ibu, adik, kakak, ISTRI, mertua, kakak ipar, adik ipar, paman, bibi, keponakan, keluarga deket, keluarga istri, keluarga jauh, keluarga jauh banget, keluarga ga kenal π
Dan bukan saja kita membedakan dan membagi orang-orang di sekeliling kita pada kelompok-kelompok, kita juga _memperlakukan_ mereka berbeda, kita *mendiskriminasikan* mereka berdasarkan kedalaman atau kedekatan mereka pada kita.
Contohnya, gue cuma _have sex_ sama istri gue aja (atau ama pacar gue dalam kasus lain) dan itu special, khusus gue bedain buat istri gue aja. Karena dia BEDA.
Gue cuma *curhat* sama temen gue si A dan B aja, bukan aja karena mereka emang enak di curhat-in tapi juga karena mereka yg paling tahu gue dan paling gue percaya, gue ga curhat ama orang lain lagi, misalnya.
Dan seterusnya, dan seterusnya.
Kalo rate-nya 1-10, maka si A buat gue adalah 8, si B 4, si C mungkin 6.5 dst.
Kita bahkan bisa membuat *All Time Top 10 List of the Most Important Person In My Life* berdasarkan penilaian ini.
Di jaman Internet, _direct connection_ dan dunia-maya-everything-goes ini, social network seperti “Friendster”:http://www.friendster.com got it *wrong*.
Bukan berapa *banyak* (kuantitas) temen di list kita (di dunia maya dan dunia nyata) yang penting, tapi justru berapa dalam dan berarti (kualitas) hubungan kita dengan temen-temen itu.
_Feature_ penting ini yang seharusnya ada dari awal di “Friendster”:http://www.friendster.com, fitur dimana kita bisa _membeda-bedakan_ orang disekitar kita, me-rate orang berdasarkan tingkat penting tidaknya orang tersebut pada kita, dan kita pada orang itu.
Karena kita ternyata _memang_ membeda-bedakan orang walau bagaimanapun para pejuang persamaan hak ingin menyadarkan bahwa semua orang sama.
Jangan percaya kalo ada yang bilang kita ini SAMA! _Egalitarianisme adalah *mitos* di level individual._
Kita masing-masing *beda* ([_mbe jeung kuda, mbe dicangcang, kuda dipecut, cangcut_]) dan berbeda untuk orang lain.
Dan sambil sama-sama kita pikirin kenyataan ini serta mempersiapkan email protes ke Prenster mari sama-sama kita tulis Top 10 List orang penting kita tadi yuk heheh. π