Sports is human life in microcosm. ~Howard Cosell
Dia berjalan tertatih-tatih dengan langkah-langkah cepat.
Badannya seperti meluncur diatas aspal panas, sesekali terlindung bayangan pohon yang sudah meninggi.
Mulutnya menganga, memintaku berhenti dari kesibukan.
Mimiknya seperti sang jagoan di akhir film perang vietnam, ketika sadar bahwa helikopter penyelamat sudah meninggalkannnya. Rambut terayun tertiup angin, jatuh karena beban keringat.
Hanya matanya meninggalkan sedikit petunjuk, sedikit harapan terakhir ketika helikopter tersebut akan kembali lagi, sebelum pasukan yang mengejarnya sampai, atau sebelum ada satu peluru yang mengenai badannya.
Dia berjalan tertatih-tatih tapi dengan pasti. Tanggannya terangkat menyapa. Aku berhenti.
Dia berdiri di depanku, bayangannya jatuh jauh tertinggal di gedung belakang. Bersama keramaian.
Bulu matanya bergerak membuka kenangan. Mencari-cari informasi di belakang kepalaku, tentang hari yang sudah lalu, tentang tahun yang sudah terlewat, tentang dekade yang sudah hangus.
Keringatnya jatuh ke aspal, menembus lapisan-lapisan pengerasan dan bersatu dengan air tanah. Kembali ke bumi pertiwi. Ke kedamaian.
Apa yang ingin kau sampaikan pak tua, lidahku berucap di dalam hati, tak tega (atau tak berani) mengucapkannya, mengotori udara.
Aku berharap dia akan bicara duluan.
Lalu seperti sebuah orkestra selantunan suara keluar dari tenggorokannya. Jakunnya menelan ludah mengambil ancang-ancang.
Suara itu datang jauh di dari dalam dirinya. Menghempas seperti ombak menghajar bumi menjadikannya jutaan butir pasir. Mengotor giginya, terdorong oleh lidahnya, dibasahi oleh langit-langit mulutnya.
Lubang hidungnya mengempis, menyedot udara dan mengembang dalam satu tarikan. Hidup terlalu singkat untuk dihabiskan menarik napas.
Rangkaian huruf dengan arti yang menjadi kata dengan makna sampai ke kupingku. Ditangkap dalam gelombang gas yang menggelitik bulu-bulu dalam membrane pendengeranku.
Apa yang kau bilang pak tua? Apa yang ingin kau sampaikan?
Sampaikan pak tua! Sampaikan!
Aku siap menerimanya.
Dan seperti caranya berjalan yang tertatih-tatih.
Kata-katanya akhirnya menjadi jelas.
Katakan! Lepaskan!
Aku mendengarmu dengan sepenuh badanku.
Dan ia, dengan mata yang ramah, dan kini dengan senyuman sejuta impian berujar:
Mau beli tiket mas? Masih ada nih. Ayo dukung atlet-atlet Badminton kita di Indonesia Open 2010 ya”
π
_____________________________________
Ayo dukung atlit-atlit Indonesia di **Indonesia Open 2010**, cara paling gampang dengan mendownload aplikasi ponsel di sini Dengan menggunakan aplikasi ponsel ini kamu bisa mendapatkan info ttg pertandingan, hasilnya, berita, gambar, games dll. Dukung atlit Indonesia di Indonesia Open 2010!