Setelah 25 Tahun Kemudian – Reuni Perak ITB 94 – #94nesha

Tulisan ini dipostingkan di Facebook dan dibacakan di malam Reuni 25 Tahun ITB Angkatan 1994, 6 July 2019

Setelah 25 tahun yang lalu angkatan 94 ITB berbaris bersama memasuki kampus ganesha, di Sabtu ini, 6 Juli 2019, angkatan ini akan kembali ke kampus yang sama, menelusuri jejak langkah yang sama, melewati gerbang yang sama yang pernah kita lalui 25 tahun yang lalu.

Bedanya adalah, 25 tahun yang lalu, kita melewati gerbang ini sebagai anak-anak baru gede, cowok-cowok, cewek-cewek lulusan dari berbagai SMA di berbagai penjuru Indonesia.

Datang dengan pipi yang masih segar, mata yang masih muda, kepala dan hati penuh harapan dan antisipasi akan sebuah kehidupan yang akan kita mulai, salah satunya dari kampus ini.

Banyak kita yang harus pergi meninggalkan rumah orang tua kita hari itu, ratusan kilometer dari apa yang kita tahu, sebagian lagi harus menempuh beberapa kilometer saja, masih dalam kota yang sama

Berbeda-beda tapi sama. Banyak tapi satu. Sendiri-sendiri dan sebagai sebuah angkatan.

25 tahun adalah waktu yang lama, waktu yang cukup untuk menjadi sebuah kehidupan, memiliki bagian awal, tengah dan akhir.

25 tahun adalah sebuah generasi yang lahir dan melahirkan – di mana kita, angkatan 94 ada di dalamnya.

25 tahun kemudian, hari ini kita akan bertemu lagi, di tempat yang sama yang dulu menyatukan kita.

Kita adalah sebuah generasi yang dulu pernah dilahirkan dalam kehangatan timbunan pasir bersama ratusan bayi lainnya. Menetas karena sudah saatnya, merangkak, satu sirip demi sirip, satu centimeter demi satu centimeter, menjangkau ombak yang pecah, menunjukkan arah menuju ke lautan lepas.

Mengambang terombang-ambing gelombang yang menghantam tidak pernah berhenti, megap-megap mencari udara, menghindari para pemangsa, menuju samudra, mencari arah kita masing-masing.

Dan sambil kita berenang, sambil kita mengarungi dunia, kita pun tumbuh besar, makin kuat, dengan kulit yang menebal, hati yang lebih tegar dan mata yang lebih skeptis.

Sebagian dari kita berenang bersama, sebagian lagi berenang berdua. Beberapa hidup berdekatan, beberapa lagi berenang begitu jauh sehingga jarang kita dengar beritanya.

Setelah 25 tahun, kami kini kembali. Sirip kami mendayung mengembalikan kami ke pantai yang sama di mana kami menetas dan memulai perjalanan ini.

Perjalanan kami ini belum selesai, tapi setelah 25 tahun, bolehlah kini kami mengambil jeda sejenak.

Melihat sudah berapa jauh kami berjalan, apa saja yang sudah kami lakukan, menarik nafas, melepas lelah, untuk merencanakan perjalanan kami berikutnya, 25 tahun lagi ke depan.

Setelah 25 tahun, kami kini kembali untuk mengenang dan menghirup udara di tempat yang sama. Tempat ini tetap akan sama, tapi kini kami yang sudah berubah.

Kami sudah bukan anak-anak cowok dan cewek penuh harapan, paling tahu dan tidak terkalahkan. Kami kini sudah menjadi orang tua, sudah menjadi keluarga-keluarga, sudah menetaskan bayi-bayi kami sendiri.

Kami kini sudah 10 sampai 20 kilogram lebih berat (atau bahkan lebih), rambut kami sudah memutih, menipis atau bahkan sudah hilang.

Kami sudah menggantikan semangat penuh antisipasi menaklukkan dunia, dengan pengetahuan yang lebih realistis tentang bagaimana dunia bekerja dan keterbatasan kami di dalamnya.

Setiap kita memiliki dua usia, usia kita yang sesungguhnya dan usia dalam diri kita yang masih merasa sama seperti 25 tahun yang lalu saat kita datang di tempat ini bersama. Hari ini kita, sekali dalam 25 tahun ini boleh merasa seperti dulu lagi.

Melewati gerbang yang sama, memasuki pantai dan mencari wajah-wajah familiar yang dulu kita pernah kenal. Mengenang hal-hal bodoh penuh kenangan yang dulu pernah kita lakukan. Merajut lagi hubungan yang mungkin pernah hilang. Menemukan hubungan yang dulu tidak terjadi dan kini kembali. Menguatkan ikatan yang sudah pernah menyimpul dan kini membuatnya bermakna lagi.

Reuni adalah sebuah momen untuk bersyukur dan berterima kasih atas semua yang sudah kita punya, kita lewati dan kita alami, sendiri dan bersama-sama, sambil mengingat teman-teman kita yang sudah mendahului kita dan teman-teman lain yang masih kekurangan dan mungkin dalam kondisi yang tidak sesehat kita, atau tidak seberuntung kita.

Selamat kembali teman-teman. Selamat menemukan angkatan kita lagi. Selamat menemukan pantai yang dulu, tempat perjalanan kita ini bermula!

Catatan Mei 1998 (lagi)

Menjawab pertanyaan di Milis ITB, beberapa minggu yang lalu tentang suasana dan kondisi waktu di bulan Mei 1998 (ketahuan umur heuheuehe), di bawah ini catatan dari yang masih saya ingat sekarang:
reformasi1998-itbJaman 98 kayaknya milis ITB belum rame ya, saya ga inget ada dapat info atau memberitakan demo sepanjang 97-98 lewat milis.

Sebelum menuju 98 ada milis apakabar, disitu lebih ramai dan beragam, kadang2x ada info tentang ITB juga, dan kalau ada demo dimana gitu, suka ada yang ngirim kronologinya/siaran pers-nya ke milis, termasuk juga petisi atau surat terbuka.

Menuju 20 Mei 1998, kampus ganesha makin ramai, ada yang bikin tenda di gerbang kampus, tiap hari ada demo, dorong-dorongan sama polisi siangnya, sorenya balik ke himpunan nyari berita di Liputan 6, biasanya ada demo di ganesha hueheuheue dan juga demo-demo di kota-kota lain.

Tapi masa terbesar adalah tgl 13 Mei, sehari setelah penembakkan anak trisakti 12 Mei, 10,000an mahasiswa nyampe ke ganesha dan jalan bareng ke Gedung Sate, ngapain disana juga rada ga jelas.

Anak-anak ITB punya Satgas sendiri bentukan FKHJ (Forum Ketua Himpunan Jurusan) selama masa reformasi dan ada logonya sendiri. Karena satu dan lain hal, KM-ITB ga kedengeran padahal rasanya sudah ada, dan itu bersejarah juga karena KM-ITB sudah vakum sejak 1978 krn mahasiswa ITB menolak NKK-BKK, baru ada lagi tahun 1998.

Defacto kepemimpinan kolektif waktu itu ada di FKHJ, Koordinator FKHJ-nya Agung Wicaksono TI ’95 (sekarang di Unit Pelaksana Program Pembangunan Ketenagalistrikan Nasional (UP3KN) Kementerian ESDM), saya yg Ketua HMS sbnrnya sudah habis jabatan tapi belum ada pemilu baru krn pada sibuk heuheue.

Satgas bersama FKHJ sempat ngadain aksi besar juga di deket Kolam Indonesia Tenggelam dengan rapat bermalam2x sampai pagi, karena masih ragu2x akhirnya pernyataan yg keluar adalah Tidak Percaya lagi dgn Kepemimpinan Soeharto, tapi belum berani bilang turunkan Soeharto hueheuue, sempet ada wartawan yg nanya tentang itu masalahnya.

Tersiar kabar akan demo besar tgl 20 Mei sekalian Hari Kebangkitan Nasional dengan Amien Rais di DPR yg sudah diduduki mahasiswa, anak-anak ITB pengen berangkat juga, tapi karena bawa massa jadi diskusi dan perencanaanya lama banget.

Saya berlima, teman-teman Boulevard, Bimo MS, Trias SI, Atis FT dan temen yang lain akhirnya berangkat duluan ke Jakarta tanggal 20 malam atau subuh ya, naik KA, nyampe jakarta masih gelap, langsung ke gedung DPR sudah dikepung tentara kita ga bisa masuk, pagi itu ada kemungkinan kalau tentara masuk memaksa mahasiswa keluar bisa tumpah darah lagi.

Akhirnya dari gedung DPR jalan ke gedung JDC di Slipi, Sekretariat IA-ITB Jakarta disitu, istirahat, tidur, hari yang sama Soeharto mengundurkan diri dan kita balik ke gedung DPR lagi disambung hangat walau pada bingung ini pendudukan dan demonya tetep jalan atau gimana ya heuheueuhe.

The rest is history.

Informasi tambahan lain tentang Mei 1998: