_Don’t forget your history nor your destiny… –Bob Marley_
Posting ini saya dedikasikan untuk kamu.
Bukan kebetulan kamu membaca posting ini, ini semua sudah ada yang merencanakan.
Sudah menjadi takdir bahwa kamu, hari ini, jam ini, menit ini dan detik ini akan membaca posting ini.
Jangan takut dan jangan kecewa, kamu tidak punya peran dalam rencana ini. Ini telah direncanakan jauh sebelum kamu tahu, sebelum kamu sadar.
Bahkan sebelum kamu lahir, takdir telah merencanakan peristiwa membaca posting blog ini dalam hidup kamu.
Jutaan kejadian dan kebetulan yang sudah ditakdirkan harus terjadi agar peristiwa ini bisa terjadi.
Tuhan, pada suatu momen dimana _t = 0_, harus merasa membutuhkan alam semesta dan menciptakannya dalam ledakan besar.
Planet bumi harus tercipta. Formasi gas, cairan dan batuan harus terbentuk dan mendingin.
“Kehidupan harus terjadi”:http://en.wikipedia.org/wiki/Life_origin dan muncul di planet baru ini. Asam amino harus menari, molekul-molekul organik harus menggeliat kegelian.
Mahluk hidup harus mencari jalan. Tumbuhan menghijau dan lautan harus menyurut.
Daratan menjadi arena baru perlombaan takdir ini.
Semuanya sudah ditakdirkan, agar kamu bisa membaca blog ini.
Dinosaurus harus punah karena meteorit yang harus datang. Abad es harus membekukan bumi.
Bangsa kera yang mendapat petunjuk harus meninggalkan pepohonan dan hidup di _savana_. Makin kuat dan makin cerdas. Bediri diatas dua kaki.
Api harus ditemukan. Keterampilan tangan membentuk alat berburu harus diahlikan.
Nenek moyang kita harus bertahan hidup di gua-gua dan berburu macan dengan gigi pedang.
Dewa-dewa harus punah, Hercules harus memberi jalan pada satu Tuhan. Nabi-nabi harus diturunkan dan penguasa-penguasa harus dinaikan.
Jutaan manusia harus mati dalam ribuan perang. Agama, kebudayaan dan ilmu pengetahuan harus disebarkan.
“Benjamin Franklin”:http://en.wikipedia.org/wiki/Benjamin_Franklin harus iseng main layang-layang dan kesamber kilat. “Vint Cerf”:http://en.wikipedia.org/wiki/Vint_Cerf harus cukup baik membiarkan TCP/IP jadi protokol tak berbayar.
Stalin dan Hitler harus kalah oleh tentara sekutu. Dan Indonesia harus merdeka.
Semuanya sudah ditakdirkan, agar kamu bisa membaca blog ini, membaca posting ini.
Ada 40 generasi dari kamu ke manusia pertama dan mereka semua harus hidup cukup lama agar kamu bisa lahir.
Ada jutaan sel sperma yang mencari telurnya dan kamu harus cukup ulet dan kuat untuk bisa lahir.
Kakek kamu harus ketemu dengan nenek kamu. Kakeknya kakek kamu harus ketemu dengan neneknya nenek kamu. Dan anak-anak mereka harus kuat hingga bisa melahirkan sehingga ada kamu.
Lupakan masalah keluarga, lupakan pacar-pacar lama. Ayah dan ibu kamu harus bertemu dalam hari yang tepat, menit yang tepat, sehingga takdir berkata ada kamu.
Kamu harus lahir sehat dan kuat, harus hidup, harus masuk sekolah, belajar membaca dan membuka mata.
Kamu harus kerja di kantor yang menyediakan akses Internet atau kamu harus punya uang, untuk membeli komputer atau masuk ke warnet.
Kamu harus tahu ada yang namanya Internet.
Kamu harus ngeklik link di feed reader atau di email kamu atau di bookmark kamu untuk sampai kesini.
Semuanya sudah ditakdirkan untuk terjadi, hanya untuk satu peristiwa.
Supaya saat ini kamu bisa membaca posting ini.
Sudah takdir bahwa posting ini berjudul “Takdir”:http://enda.goblogmedia.com/takdir.html, dan sudah takdir pula bahwa kalimat ini dimulai dengan kata “Sudah”.
Sudah takdir bahwa kalimat ini diakhiri dengan kata “sapi”. Dan sudah takdir kamu bingung kenapa harus “sapi”?
Sudah takdir juga bahwa gue punya blog dan bahwa hari ini gue ngeblog posting dengan judul “Takdir” ini.
Jutaan peristiwa yang sudah ditakdirkan terjadi harus terjadi, hanya agar kamu saat ini bisa duduk di depan komputer dan membaca posting ini.
_Semuanya untuk sebab yang gue sendiri belum tahu kenapa…_
Dan sekarang, sudah takdir bahwa posting ini akan berakhir disini dan sudah takdir bahwa kamu akan memberikan komen dibawah ini. :p
buseettt, sudah setaon lebih gak ada yang comment???!!!. Mungkin sudah takdir gw mampir & kasi komentar. Phuihh, coba kalo gw tadi diundang temen makan siang gak nolak, khan gw gak ngomen disini….! Anyway, gw jadi satu2nya orang yang kasi komen di tahun 2007. Salam Bung enda!
“Ayah, aku juga belum tahu apakah takdir itu seperti awan yang berarak menuju arusnya, ataukah sesuatu yang bisa kita pilih dengan menaiki awan tersebut”,
kutipan ucapan Neji Hyuuga (pada ayahnya yang sudah mati) setelah dia bertempur dengan Naruto Uzumaki.
Duh gw ngutip dari http://media.isnet.org/islam/Quraish/Wawasan/Takdir3.html ..aja ya..
Apakah Takdir Merupakan Rukun Iman?
Perlu digarisbawahi bahwa dari sudut pandang studi Al-Quran,
kewajiban mempercayai adanya takdir tidak secara otomatis
menyatakannya sebagai satu di antara rukun iman yang enam.
Al-Quran tidak menggunakan istilah “rukun” untuk takdir,
bahkan tidak juga Nabi Saw. dalam hadis-hadis beliau.
Memang, dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh banyak
pakar hadis, melalui sahabat Nabi Umar ibn Al-Khaththab,
dinyatakan bahwa suatu ketika datang seseorang yang
berpakaian sangat putih, berambut hitam teratur, tetapi
tidak tampak pada penampilannya bahwa ia seorang pendatang,
namun, “tidak seorang pun di antara kami mengenalnya.”
Demikian Umar r.a. Dia bertanya tentang Islam, Iman, Ihsan,
dan saat kiamat serta tanda-tandanya. Nabi menjawab antara
lain dengan menyebut enam perkara iman, yakni percaya kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-
rasulNya, hari kemudian, dan “percaya tentang takdir-Nya
yang baik dan yang buruk.” Setelah sang penanya pergi, Nabi
menjelaskan bahwa,
“Dia itu Jibril, datang untuk mengajar kamu, agama kamu.”
Dari hadis ini, banyak ulama merumuskan enam rukun Iman
tersebut.
Seperti dikemukan di atas, Al-Quran tidak menggunakan kata
rukun, bahkan Al-Quran tidak pernah menyebut kata takdir
dalam satu rangkaian ayat yang berbicara tentang kelima
perkara lain di atas. Perhatikan firman-Nya dalam surat
Al-Baqarah (2): 285,
“Rasul percaya tentang apa yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian juga orang-orang Mukmin. Semuanya percaya
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
Rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian.”
Dalam QS Al-Nisa’ (4): 136 disebutkan:
“Wahai orang-orang yang beriman, (tetaplah) percaya kepada
Allah dan Rasul-Nya, dan kepada kitab yang diturunkan kepada
Rasul-Nya, dan kitab yang disusunkan sebelum (Al-Quran).
Barangsiapa yang tidak percaya kepada Allah, malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan hari kemudiam, maka
sesungguhnya dia telah sesat sejauh-jauhnya.”
Bahwa kedua ayat di atas tidak menyebutkan perkara takdir,
bukan berarti bahwa takdir tidak wajib dipercayai. Tidak!
Yang ingin dikemukakan ialah bahwa Al-Quran tidak
menyebutnya sebagai rukun, tidak pula merangkaikannya dengan
kelima perkara lain yang disebut dalam hadis Jibril di atas.
Karena itu, agaknya dapat dimengerti ketika sementara ulama
tidak menjadikan takdir sebagai salah satu rukun iman,
bahkan dapat dimengerti jika sementara mereka hanya menyebut
tiga hal pokok, yaitu keimanan kepada Allah, malaikat, dan
hari kemudian. Bagi penganut pendapat ini, keimanan kepada
malaikat mencakup keimanan tentang apa yang mereka sampaikan
(wahyu Ilahi), dan kepada siapa disampaikan, yakni para Nabi
dan Rasul.
Bahkan jika kita memperhatikan beberapa hadis Nabi,
seringkali beliau hanya menyebut dua perkara, yaitu percaya
kepada Allah dan hari kemudian.
“Siapa yang percaya kepada Allah dan hari kemudian, maka
hendaklah ia menghormati tamunya. Siapa yangpercaya kepada
Allah dan hari kemudian, maka hendaklah ia menyambung tali
kerabatnya. Siapa yang percaya kepada Allah dan hari
kemudian, maka hendaklah ia berkata benar atau diam.”
Demikian salah satu sabdanya yang diriwayatkan oleh Bukhari
dan Muslim melalui Abu Hurairah.
Al-Quran juga tidak jarang hanya menyebut dua di antara
hal-hal yang wajib dipercayai. Perhatikan misalnya surat
Al-Baqarah (2): 62,
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi,
Nasrani, Shabiin (orang-orang yang mengikuti syariat Nabi
zaman dahulu, atau orang-orang yang menyembah bintang atau
dewa-dewa), siapa saja di antara mereka yang benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan beramal saleh,
maka mereka akan menerima ganjaran mereka di sisi Tuhan
mereka, tidak ada rasa takut atas mereka, dan tidak juga
mereka akan bersedih.”
Ayat ini tidak berarti bahwa yang dituntut dari semua
kelompok yang disebut di atas hanyalah iman kepada Allah dan
hari kemudian, tetapi bersama keduanya adalah iman kepada
Rasul, kitab suci, malaikat, dan takdir. Bahkan ayat
tersebut dan semacamnya hanya menyebut dua hal pokok, tetapi
tetap menuntut keimanan menyangkut segala sesuatu yang
disampaikan oleh Rasulullah Saw., baik dalam enam perkara
yang disebut oleh hadis Jibril di atas, maupun perkara
lainnya yang tidak disebutkan.
Demikianlah pengertian takdir dalam bahasa dan penggunaan
Al-Quran.
WAWASAN AL-QURAN
Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat
Dr. M. Quraish Shihab, M.A.
Penerbit Mizan
Jln. Yodkali No.16, Bandung 40124
Telp. (022) 700931 Fax. (022) 707038
mailto:mizan@ibm.net
Tapi ada 2 hal, yabg sudah pasti (kayak benchmark)ie. umur, jodoh, maut. Dan yg ga pasti kayak yg selain diatas, yag bulet2 kita nentuinm yang nanti mesti qt ptanggung jawabkab sm Tuhan. Makanya aq ga percaya semua agama benar (kalau baek, iya).
Qt dibiarin ama Tuhan untuk meminta selalu jalan kbenaranm krn semua agama udah dipresentasikan.
Betul kagak?
takdir saya jelek sekali.saya jadi orang yang sangat jahat sekali.
huwaa…garing…naha jeung si sapi sering-sering disapa ?…takdir ?
Takdir temannya Doyok!
TAKDIR bukan dibelakang…
TAKDIR adalah sesuatu didepan…
Manusia menentukan TAKDIRnya & DOA dapat merubah TAKDIR…
Sepertinya memang sudah takdir beneran saya baca posting ini. Sudah ditakdirkan judulnya pun ‘takdir’. Coba kalau judulnya ‘tak mau’ atau ‘tak usahlah’, saya mungkin ditakdirkan tidak membacanya. Wah… (kok semua jadi pada melucu?). Salam, Anwar.
Bahkan sebelum bumi ini tercipta, takdir telah merencanakan peristiwa perkenalan saya dengan blog ini lewat mengisi komentar..
takdir mu membuat aku gak jadi ngantuk om
Takdir? Temennya Doyok?
takdir, takdir ada dua, yg tidak bisa dikontrol dan bisa dikontrol. seluruh kejadian alam semesta dengan hukum alamnya adalah takdir tuhan yg tidak bisa kita kontrol melainkan sedikit saja.
tapi ada takdir yang bisa kita kontrol, that is about us. takdir kita tergantung dari pilihan2 yang kita ambil. semua kemungkinan yang akan kita pilih sudah tertulis akibatnya di `kitab induk` dengan segala konsekuensi yg ditetapkan tuhan. keputusan kita akan menimbulkan serangkaian akibat yang akan menimbulkan pilihan lagi. jadi jika malang nasib kita, bukan salah tuhan. begitu sebaliknya. TAKDIRMU DITANGAN KAMU SENDIRI. kenikmatan TERBESAR yang diberikan ternyata adalah KEBEBASAN untuk berkehendak dan berhak memutuskan kehendak dengan segala konsekuensinya. so takdir kebaikan dan keburukan kita sudah disiapkan tuhan, mana yg akan kita pilih?
sci llo
gw gag baca postingan nya,
gw hanya denger dari temen,
hah,
knapa gag di tulisin di takdirin tuk gw denger dari temen
“lima puluh ribu tahun sebelum bumi diciptakan, semua telah digariskan.” – PUING
Lalu bagaimana dengan konsep hidup adalah persoalan memilih?..
Kenapa harus memilih jika kita hidup dalam jalan takdir, tapi kenapa juga harus ada takdir kalo kita hidup dengan jalan memilih
rwa bineda..
iseng2 mampir ke blog ini setelah ada orang yg G*B&@G banget-bikin materi presentasi gw untuk besok BROKEN INTO PIECES aja gituh. Secara ini lagi dinegara orang pula! That’s what I called takdir…
Bang Enda lagi kurang kerjaan ya?
hehe..
Salam ya buat sapinya
Takdir…:-?
Adakah yang salah dengan sebuah “kehendak” hingga kita tak bisa mengelak dari sebuah kepastian!?
yaahh… udah takdir pagi2 gini pala jadi pusing gara-gara baca takdirnya Enda
Umar ra berkata : “Jika anda bersabar, maka hukum Allah tetap berjalan atas diri anda, sedang anda mendapat pahala. Namun jika tidak bersabar, maka hukum-Nya juga tetap berlaku, tetapi anda berdosa.”
Ngga sanggup melawan takdir, tadinya mau melawan dengan ngga comment. Tapi apa daya …
Takdir juga ya nda: ntar malem menunya paru goreng dan gue belom slesai juga skolahnya π
Dan sayapun ditakdirkan untuk membaca 46 komentar sebelum menuliskan bahwa takdir itu bagaikan tinta yang sudah tertoreh
Tak dir lawan kata dari Ya dir.
takdir..memang kejam..(desi ratnasari)
eh..takdir ku yang hilang..
Baaaaaaaaaaahhh huhuhhuhuhuuhhu
Ngomong-ngomong itu dari lagunya Bob Marley yang mana ya?…:)
gua ditakdirkan untuk komen ke 42 di blog ini. dan gua juga ditakdirkan untuk bertanya, apakah blog hanya trend sesaat?
gw punya blog gara2 takdir ngebawa gw ketemu loe di friendster heheh..si takdir emang baek..:p
yang lebih takdir itu (?) kalau pada jam itu menit itu .. Enda posting tentang takdir
ada apa sih? kok tadi tiba-tiba nyasar kesini ya?
mungkin gara-gara kupu-kupu nih..
takdir juga jika kita tidak bertemu di depan air mancur siam paragon? dan orang nepal bernama balram itu minta tolong ke saya karena dia tersesat? next time to bangkok, i promise! maafkan aku bang enda dan mas windede!
so what gitu loh …
Apakah perancang takdir juga ditakdirkan untuk merancang takdir ?
Ayam dan telur ?
Wow, alam semesta diciptakan, agar saya bisa baca blog ini. Amazing
Duuuuh, kena hipnotis dari Enda, jadi seolah2 logis aja bahwa aku harus nulis comment nggak mutu ini di sini sekarang juga.
Aku nggak percaya takdir!
Dan kalau mau tau alasannya, ini dia: Tuhan menakdirkan aku untuk nggak percaya takdir.
Sudah takdir juga komen saya dibaca π
sudah takdir kalo saya komen? ngga ah, saya memilih untuk komen di antara 2 takdir, untuk komen dan ngga komen :p
sapi
#25
Bukan Hanya TAKDIR cak GEBLEK, tapi PLUS BUTUH SUMBANGAN hee hee
sapi
Jadi inget pelem ‘Final Destination 3’ yang baru keluar…
Ih syereem…
Betapa pun takdir kerap sulit dihindari, saya percaya tetap ada kebebasan untuk mengusahakan apakah kita bakal mendapat takdir yang baik atau takdir yang buruk… sebab hidup adalah pilihan.
Yeah, takdir mempertemukan saya dengan Mas Enda di Bangkok… tapi itu takdir yang tidak datang dengan sendirinya. Itu takdir yang “diusahakan”…
Hmmm…cukup kontemplatif (ini takdir bahwa saya tulis dengan bhs inggris yang diindonesiakan, padahal mungkin bahasa indonesianya adalah perenungan (?)). Tapi apakah takdir bersifat tetap ataukah usaha manusia masih bisa merubah takdir. Atau apakah sebenarnya takdir bersifat pseudo tetap (?) sehingga masih bisa berubah?
Sudah takdir juga bahwa “komen” saya (ini juga kata2 yg ngawur)banyak tanda tanya, karena memang belum ada jawaban yang pas untuk hal-hal tersebut diatas. Al-Baqarah (jelas ini takdir :)).
paker benwit,jarang ngeblog apakah termasuk takir π
udah takdir kalo yang pny blog ini adalah HOMOK…
huwahahaha…. emang udah takdirnya kalo postingan enda kali ini garing π
Takdir tidak menentukan jalan hidupmu
tudah takdir terkena takdir tosting terjudul takdir terbaca tan tertakdirkan tuk tasih tomen.
Tudah takdir tusah tasih tomen tengan turuf tertama t temua ..
.. ah..repot..
apa ya bedanya takdir dengan pasrah?…
tidak semua peristiwa itu dinamakan takdir , peristiwa itu bisa saja dari choice(pilihan ) kita.
heheheh krn takdir…ya udah deh saya nulis comment ini nda π
Jangan menyerah pada takdir kawan, karena kita tidak akan pernah tahu apa takdir kita. Usaha saja terhadap apa yang menjadi kehendak diri kita diiringi persiapan dan kemampuan yang ada. Takdir hanya akan terlihat dari hasil usaha yang kita lakukan.
Yah keseret takdir.
50K > Takdir.
sapi, kenapa musti sapi??!!
yayaya takdir gue komen tentang sapi di blog ini
Takdir juga sy nulis disini, sambil tersenyum dan menuliskannya sambil berpikir dan….
sial!
napa harus baca nih postingan yah?
sial!
napa harus comment?
sial!
comment ke-13 pula…angka sial!
SIYAL!!..SIYAL!!…SIYAL!!!
Sebenarnya takdir saya adalah untuk tidak menulis komentar di sini. Tetapi saya mencoba membelokkan takdir dengan menulis komentar.
hayah…
sudah takdir jika saya cuma nulisin hayah dan sedikit penjelasannya…:)
hahahha
enda enda
π
Takdir gua setelah ini apa ya..??
5# emang takdirnya salah di hehehe
yah.. beginilah takdir ku…
sebenarnya rada-rada pusing juga kalau mikirin takdir.
Konsep takdir itu dipikiran gw adalah
A konsep ketika seseorang selalu menerima, atau
B konsep ketika kita memilih
kalau konsep A berarti kita gak perlu ngapa2 in aja donk, gak perlu ‘ngoyo’ ambisius toh semua udah takdir, gagal umptn ya udah, takdir, gagal dapat beasiswa s2 ya udah namanya takdir , gak terima kerja di oil company ya udah takdir
atau konsep B bahwa hidup ini pilihan, berarti terlalu cabang cabang dalam memilih, yang bila kita pilih cabang itu akan membuat kita mendapatkan sesuatu dan kita dihadapkan dengan cabang2 lain untuk kita pilih, dan apapun itu pasti adalah ‘one way ticket’.
Ya kalau kita pusing ujung-ujungnya kembali kekonsep, bahwa kita diciptakan terbatas, bagaimana mungkin yang terbatas ini mengukur sesuatu yang tidak terbatas
bukannya harusnya?
kakeknya kakek kamu harus bertemu dengan neneknya kakek kamu?
Dan takdir juga membuat saya bingung untuk memberikan komentar yang pas π
Tetapi jangan kau salahkan takdir jika kau tidak juga mau berusaha
Salam
Takdir juga yang menentukan bahwa sampai hari ini aku blm dapet rumah π , dan akhirnya bikin blog rumah-rumah π
“Do you believe in fate, Neo?”
“No. Because I don’t like the idea that I’m not in control of my life.”
takdir
kaya judul sinetron