Hikikomori

hikikomori.jpg

_?Solitude is fine, but you need someone to tell you that solitude is fine.? –Honore de Balzac_
Baru-baru ini New York Times menurunkan artikel dengan judul “[“Shutting Themselves In”:http://www.nytimes.com/2006/01/15/magazine/15japanese.html]” yang bercerita tentang fenomena sosial di Jepang, dimana saat ini diestimasi ada 1 juta remaja, kebanyakan laki-laki di Jepang melakukan Hikikomori yang secara literal berarti _withdrawal_ atau menarik diri.
Pada prakteknya para Hikikomori ini, yang rata-rata berusia 13-15 tahun, pada suatu hari masuk ke kamar mereka dan tidak mau keluar lagi hingga bertahun-tahun yang pada banyak kasus bertahan hingga lebih dari 10 tahun.
Masuk kamar dan tidak keluar lagi. Meninggalkan dan menutup diri dari dunia luar. Kebanyakan menghabiskan waktu dengan bermain game atau musik, atau menghabiskan waktu di depan komputer dan entah apa lagi yang mereka kerjakan di dalam kamarnya.
Hikikomori dimungkinkan salah satunya karena budaya Jepang yang memungkinkan seorang anak untuk tinggal bersama orang tuanya melewati masa remaja [familiar ya], dan juga karena pekerjaan orang tua memungkinan mereka untuk menghidupi anaknya tersebut.
Di sisi lain ada kekhawatiran orang tua bahwa sang anak tidak akan bertahan hidup diatas kaki mereka sendiri. Apa yang terjadi jika sang orang tua tidak bisa menghidupi para Hikikomori lagi? Para Hikikomori tidak memiliki teman, pengetahuan dan keahlian untuk hidup bersama orang lain, atau untuk mencari penghasilan mereka sendiri.
Tekanan lingkungan, terutama di sekolah, dan juga tekanan dari orang tua dan masyarakat disebut sebagai penyebab utama Hikikomori terjadi. Mereka yang tidak tahan lagi dari tekanan-tekanan ini kemudian melakukan Hikikomori, sebagai bukan suatu solusi, tapi mungkin sebagai upaya melarikan diri dan lari dari tekanan hidup.
*Terus terang gue bisa ngerti* perilaku Hikikomori. Berkali-kali gue melakukan Hikikomori dalam versi gue sendiri. Untungnya periodenya sangat pendek. Biasanya satu atau dua hari. Saat gue ngerasa udah males banget, lakukan Hikikomori, ga pergi sekolah atau ga ngantor. Dan, alhamdulillah besoknya gue ngerasa bisa lagi menghadapi dunia. Ga sampai Hikikomori sampai bertahun-tahun.
Tapi yang pasti proses _withdrawal_ itu gue lakukan.
Hikikomori karenanya jadi fenomena yang cukup khusus ke terjadi ke cowok karena cowok rasanya ga punya kebutuhan besar untuk berbagi tekanan yang dirasakan seperti cewek. Cukup didiemin aja dan mudah-mudahan bisa hilang. Lari. Lari dari tanggung jawab dan lari dari kenyataan.
*Yang menarik di dunia online* kamu bisa melakukan Hikikomori lebih mudah. Tidak perlu proses masuk kamar. Jika tekanan dunia online sudah terasa sangat berat, belum lagi ditambah informasi _overload_ kamu bisa tinggal lari dan meninggalkan identitas online kamu: *Hikikomori Online*.
Dan mungkin muncul dengan identitas online baru, tanpa beban dan tekanan dari identitas yang lama. Fresh, seperti baru lahir.
*Di dunia International*, mungkin Hikikomori juga ya yang terjadi pada beberapa negara yang merasa: _”Perlu ga sih gue bergaul dan menerima tekananan dari banyak negara lain?”_ Apa ga bagusnya gue menutup diri aja, lari dari kenyataan sekitar? Kuba, Myanmar, Iran, Korea Utara: *Hikikomori Bangsa*.
Mungkin Indonesia perlu melakukan Hikikomori barang setahun dua tahun. Lupakan dunia luar sementara dan kerjain apa yang bisa dikerjain sendiri dengan sumber daya sendiri. Akankan jadi lebih baik atau lebih buruk saat kita keluar nanti?
*Atau perlukah kita* yang melakukan Hikikomori dari Indonesia? Mungkin itu sebuah bentuk yang gue dan teman-teman di luar negri lain lakukan.
Minggu lalu gue bercakap-cakap di Bangkok dengan seorang seorang teman yang akan bekerja di Vietnam. Hidupnya sudah lumayan stabil di Jakarta sebenarnya, mobil, rumah dan pekerjaan serta salary bagus. Entah kenapa menurut dia kok rasanya capek banget hidup di Jakarta.
Mungkin, gue mencoba menebak dan menjawab kebingungan dia, karena elu ga bisa cuek sama sekeliling elu. Setiap ada berita kriminal, kemiskinan, bencana alam, ketidakberesan, seketika itu pula terasa bahwa yang terjadi itu merupakan bagian dari identitas elu sendiri.
Di sini, di Bangkok. Gue _bisa memilih_ untuk ga peduli kalo pemerintahnya korupsi. Kalo ada bencana alam, kalo ada yang ga beres, kalo ada yang kacau, karena gue cuma numpang disini bukan pemilik. Tekanan lingkungan itu lebih sedikit di sini karenanya.
Kalo elu pemilik elu ga bisa cuek. Kalo elu numpang elu bisa.
Atau kalo elu pemilik yang _serasa atau berasa numpang_ elu bisa cuek dan lari dari tekanan.
Masalahnya sekarang, dia cerita lagi, gue ga yakin sebenarnya apa gue pemilik apa bukan?
Mungkin elu perlu melakukan Hikikomori kata gue.
Apa tuh? Dia bertanya.
Menutup diri.
Menutup diri dari diri sendiri?
Hikikomori Otak.
 

71 thoughts on “Hikikomori”

  1. maw tau dunkz, ada ngg yah buku yang ngebahas tentang masalah hikikomori and data statistiknya. soalnya skripsi aq ngebahas tentang masalah ini and aq butuh buku yang menunjang masalah itu, thanks @_@

  2. 3bulan yg lalu smpe skrang sy mlakukan hikikomori..n sy sngat trlalrut n lama klamaan suka dengan dunia yg dbangun oleh komunitas hikikomori,,entah alsannya apa tp yg jlas sy nyaman dngan plrilaku sprti ini I love hikikomori, mngkin ini kn menjadi jati diri paten sy…makanya sy mngganti n menambhkan nama blakang sy “Alonecism” = suka kesendirian

  3. Allah berfirman Dalam al-quran:”Aku menciptakan kalian bersuku2 dan berbangsa2.agar kalian mengenal satu sama lain”

  4. pernah nonton film korea yg crita tntang cwe yg nglakuin hikikomori?? judulnya ALONE,, nyeremin bgt,, sampe kayak org ga waras gitu,, penerita hikikomori di film itu nyakitin diri sendiri, tp dia ga ngerasa kalo itu sakit,,
    sebenernya hikikomori bahaya ga sih??

  5. hikikomori ..
    kiri kOmori di manga sayounara zetsubo sensei, juga hikikomori
    kdang aku ngrasa kalo aku -> hikikomori
    aq ga suka keluar kamar .
    aq cm kluar buat pipis . or sneakin out to the kitchen when everybody’s sleeping .
    i got no interest on people around me .
    but i don’t think if it’s an illness .

  6. semua itu adalah conspiracy…
    there’s no need to live anymore…
    but why i born??
    born for failures?
    born for rejected?
    it’s just conspiracy…

  7. hmm..saya adalah mahasiaswa yg sedang meneliti tentang Hikikomori, memang benar kalo hikikomori adalah gejala dimana seseorang menutup dan mengurung diri di dalam kamar tanpa bersosialisasi lebih dari 6 bulan..kalau km hanya menarik diri 2-3 hari saja sepertinya terlalu dini untuk bilang klo km hikikomori…karena untuk dapat dikatagorikan sebagai hikikomori jika sudah

  8. hikikomori…klo mo menyendiri malem aja tengah malem, ambil wudhu trus tahajud.dijamin bermanfaat.piye? mo coba??

  9. hikikomori itu judul lagunya do as infinity toh yang ostnya inuyasha.
    lol πŸ˜›

  10. Jadi malu deh…
    Kalo lagi suntuk, gue juga suka ber hiko-hiko kayak gitu… pdhl notabene lari dari kenyataan & nggak nyelesaikan masalah. hik…hik…

  11. pengen Hikikomori dari kehidupan kampus, but Hikikomorinya forever.. maksudnye penegen cepet lulus gituuuuuu..

  12. Hikikomori…Hikikomori… gw mencoba ngambil tema ini sebagai tema Skripsi gw. Menarik untuk digali, tapi, lumayan susah jga cari2 datanya. Ada yang bisa bantu gw? Onegaishimasu..

  13. Sepertinya yang terbaik adalah seimbang membagi porsi untuk diri sendiri dan sosial. Kalau terlalu soliter jadi susah bersosial (padahal kita hidup butuh orang lain). Kalau terlalu gaul kebutuhan individual jadi terpinggirkan, akhirnya hidup hanya untuk orang lain — which is not a happy life, I think.

  14. Dalam ilmu Men are from Mars, Woman are from Venus.. namanya cowok perlu masuk ke dalam “gua”-nya.
    Saat mereka masuk ke dalam gua-nya, mereka bisa menyelesaikan semua masalahnya sendiri dan terbebas dari tekanan luar.
    Setelah keluar, mereka akan merasa lebih lega.
    Kalau cewek itu gak perlu menarik diri masuk gua, malah sebaliknya harus ngomong dan ngomong dan ngomong. Karena dengan ngomong ini mereka lebih bisa mengeluarkan emosi mereka dan baru setelahnya jadi lega. πŸ˜›

  15. hehe kayanya Indonesia masih lama deh kaya Jepang gitu. Belum memungkinkan buat melakukan hikikomori, teknologi aja lom cukup. mang mo ngapain di kamar ga da kerjaan? paling yg maksiat2 doank haha

  16. cara gue hikikomori dari bangsa di tanah air sendiri, jangan nonton tipi, jangan baca koran!
    aman…
    sungguh tip sukses menjaga kesehatan kejiwaan

  17. hikimori sebelum baca isinya kok kepikir ke harakiri … wah tenyata sama seremnya juga πŸ™‚ jadi pengen muhasabah

  18. hikimori itu sama dengan lari dari kenyataankah?…tapi hikimori di indonesia susah, gak bisa pesen makanan online kan?…..nyam nyam… comment yg gak nyambunglah… πŸ˜›

  19. Hikikomori itu lagi beken karena lagi sering dibuat film di Jepang.
    Kecenderungan yang jadi masalah sosial ini sebenarnya pelampiasan dari kebutuhan tak tersalurkan manusia Asia umumnya untuk BERTAPA.
    Apalagi di Jepang, yang dikepung rongrongan konsumerisme, rata-rata generasi masa kini hanya melakukan ritual seremonial belaka, waktu lahir, ultah, lulus, menikah, mati dst.
    Masih ada sih segelintir yang meniatkan nyantri ke kuil-kuil, berpakaian bouzu dan terlihat berkeliaran mengemis di pinggir jembatan.
    Padahal BERTAPA yang memenuhi syarat-syarat tempat, waktu, dsb itu sangat penting demi kembali terjun ke rimba persilatan.

  20. being soliter perlu juga tuh sekali-kali,to contemplate our life.. asal jg keterusan aja jadi soliternya, lari dari kenyataan..saolnya teuteup aja kenyataan ga berhenti ngejar.. malah makin menjadi.. πŸ™‚

  21. Hikikomori mungkin sudah menjadi salah satu kegiatan yang dilakukan “tanpa sadar” oleh manusia. Gw rasa Indonesia sering kok menutup diri dari diri sendiri alias hikikomori otak.

  22. Untuk menghindari keinginan menarik diri dari sekeliling kita secara permanen, ada bagusnya jika kita mempunyai rasa memiliki lingkungan kita dulu. Mulai peduli sama apa yang kita bisa kontrol lalu orang yang mau ikut kita berubah, dst..

  23. hikikomori sekali-kali untuk refreshing sih oke, tapi kalo terus2an lari dari kenyataan, aku rasa itu hanya menambah rasa bersalah karena lari dari masalah (pengalaman pribadi heuheuheu)

  24. Syarat hikikomori -> punya orang tua yang bisa ngidupin terus a.k.a kaya raya n bisa diparasitin.
    Kalo hikikomori bangsa? siapa yang dibebanin ya?

  25. gimana hikokomori indonesia? kalo situasi biasa ga mungkin secara utang luar negeri kita banyak banget gitu. mungkin harus nglakuin sesuatu yang obvious yang bikin abang sam ngamuk. nabrak patung liberty atau apa gitu, biar kita diinvasi trus diembargo (pusing)

  26. kalo melarikan/menarik diri yang susah tuh baliknya…
    mungkin orang-orang yang lama-lama berhikikomori juga gak pengen lama2 tapi karena bingung.. makanya dilanjutin lagi.. jadi buat para ortu .. ati2 tuh anaknya jangan sampai berhiko-hiko
    huhuhu

  27. kalo melarikan/menarik diri yang susah tuh baliknya…
    mungkin orang-orang yang lama-lama berhikikomori juga gak pengen lama2 tapi karena bingung.. makanya dilanjutin lagi.. jadi buat para ortu .. ati2 tuh anaknya jangan sampai berhiko-hiko
    huhuhu

  28. hikikomori barangkali perlu dan harus! sesekali tapi, jangan terus-terusan, kecuali mau jadi kodok ngorek dalam tempurung. sesekali prinsip : “If it’s true that we are here to help others, then,
    what exactly are the others here for?” Ngumpet ajja kan?

  29. kalo di kartun2 gitu kalo mabok baru ya bilangnya : hik .. hik .. hik … *lumpatsieunditeunggeulan*

  30. Kalo ngelihat gejala, hakikomori mungkin termasuk penyakit. Bisa jadi ini termasuk penyakit depresi. Terlebih pelakunya kebanyakan adalah remaja, dimana remaja adalah usia paling rentang terkena depresi.

  31. aku sedang melakukannya semenjak imlek kemarin. badan rasanya males bener, pengennya cuman di rumah, atau main game di pojok kantor πŸ˜€

  32. Perkenalkeun.., nama sayah Kiko.
    Kaget…, ternyata ada juga sepupu sayah di Jepun yg namanyah leuwih panjang.
    Nuhun ‘Nyet ah, infona. Ngeunah maca?nana Njum..

  33. Hikikomori masih bolehlah bagi orang yang sudah matang, anggaplah preparing for a new fresh. Kalau masih hijau (remaja), kelihatannya masih perlu liat dunia luar dulu, berinteraksi dgn orang lain dan merasakan pahit2nya dulu baru hikikomori.

  34. huhuhu. [sombong mode] kayaknya aku udah nulis ini di majalah suara mahasiswa ui tahun 99. huhuhu, ntar ta cari artikelnya. dan NYT udah nulis ini sejak sebelum itu. [sombong mode off] [gajahmode] basbang? TM [gajah mode off]

  35. Iya tuh… pas gue kuliah di Bandung, kayaknya gak peduli2 amat sama keadaan disana…
    Tapi kalau Jakarta tambah macet, banjir, polusi, dll jadi ikut prihatin… :ppp

  36. nDa,
    kayanya ada bedanya deh antara “menarik diri” dan “melarikan diri”. gw juga bingung bedanya apa, tolong bantuin di kontemplasi-in lagi.. :-), tapi terasa beda.
    Lari dari kenyataan, dari Indonesia, dari rutinitas sehari2, meski sementara, itu melarikan diri. Kalo menarik diri… gimana ya… πŸ™‚

  37. Hikikomori sebenarnya dibesar2kan. Sebenarnya yang berjasa adalah Hikikokonan, alias Hikikoshinichi, yang kadang dibantu Hikikoran.

  38. Hikikomori…tidak manusiawi tuh…manusia tidak diciptakan untuk hikikomori tetapi bersosialisasi satu dengan yang lain

  39. sy beberapa kali pingin Hikikomori, tapi ga pernah jadi krn selalu ada perasaan bersalah atau ga tega,kenapa ya?,…beban yg berat sy lepaskan dgn hikikikikikik…alias ketawa pahit,…

  40. Kalo bisa ?Hikikomori (sebagai) Ibu? sejenak kalo lagi cape, under pressure atau khawatir, enak kali ya?, tapi pasti nggak tega & kangen anak?

  41. Kalau sayah hikori eh hikoki..euhh naon sih..nya eta lah.. dari kampus caranya pulang cepet, mampir ke toko asia, belanja naon weh didinya nu pikasonoeun trus masak hihihi

  42. Gue juga demen ber Hiko hiko apaan tuh, hik hik hik.
    Gak ngantor gak gawe gak gaul, tapi yang penting rekening terima duit gaji tetap terbuka dan bisa online 24 jam πŸ˜€

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.