Laki-Laki Dewasa Adalah Tipe Blogger Terburuk

A man does what he must — in spite of personal consequences, in spite of obstacles and dangers, and pressures — and that is the basis of all human morality –JFK

Sekitar 3 minggu yang lalu gue dapet telpon dari sebuah panitia seminar di sebuah kampus. Mau mengadakan seminar tentang blogging mas, dan karena Mas Enda ini katanya Bapak Blogger Indonesia (#uhuk), maka tentunya paling tepat menjadi pembicara di seminar tersebut. Mau ya mas, mau ya mas, mau ya mas.

Gue kehabisan kata-kata menjawabnya. Awalnya gue coba menolak dulu. Tapi setelah itu gue ga tahan untuk mencoba bertanya. Kenapa sih mbak temanya tentang blogging? Apalagi yang mau dibahas tentang blogging? Masa sih masih seminarnya tentang blogging doang?

Blogging sudah ada sejak awal 2000an, gue mulai ngeblog sejak tahun 2001, dan sepanjang hari dan sepanjang jam sejak 2001 hingga sekarang, blogging sudah dibahas dimana-mana. Disebut fenomena sudah, disebut trend sesaat sudah, disebut revolusi sudah. Hare genee dengan bahkan ngebahas media sosial aja, dengan Twitter dan Facebook menurut gue udah terlambat. Udah kelewat. Keretanya sudah berangkat. Madingnya sudah jadi.

Kalau pun mau mungkin sekarang saatnya untuk membahas menggunakan blog untuk mendapat pacar, menggunakan blog untuk mendaki karir, menggunakan blog untuk menaklukan hati manusia. Atau menggunakan media sosial untuk berpromosi, menggunakan media sosial untuk menjual terasi atau menggunakan media sosial untuk sok aksi.

Sudah bukan platformnya lagi yang perlu dibahas, tapi bisa digunakan untuk apa.

Sudah bukan busur dan panahnya lagi yang dikagumi tapi sejauh apa dan setepat apa panahnya bisa menancap di sasaran.

Having said that, sampai sekarang gue masih senang gembira ria suka cita kalau menemukan sebuah blog personal yang menarik. Yang informatif dan membuat kita belajar tentang sesuatu. Yang bercerita tapi juga menghibur. Yang menyentuh dan membuat terharu. Yang mengegelitik dan membuat tertawa. Yang mengingatkan kita pada sebuah kenangan dan mengenangkan kita pada sebuah ingatan.

Ga banyak lagi blog dan posting-posting seperti itu. Kebanyakan blogger ingin jadi media, ingin objektif, ingin ter-pakar, ingin membangun pembaca. Atau sebaliknya banyak blogger juga yang terlalu malu dan kekanak-kanakan untuk menerakan huruf menjadi kata dan mengatakan kalimat menjadi perasaan.

Dan dari situ jadi terpikir, makin menghilang juga blogger-blogger cowok yang dulu gue suka baca. Yang bercerita hal-hal pribadi di blognya dan blogging tentang hal-hal yang dia pikirkan, rasakan, diluar hal-hal “umum” seperti buku yang dia baca atau film yang dia tonton.

Dan mungkin hal itu terjadi karena laki-laki dewasa mungkin adalah tipe blogger terburuk yang pernah ada, karena dua hal:

SATU, karena cowok adalah mahluk menjijikan, men are disgusting. Yes we are. Kita kentut dimana aja, berak, ngorok, malas, keringetan, kotor, berminyak. Laki-laki tidak rapih, tidak teliti, tidak bisa memproses banyak pikiran bersamaan dan tidak sensitif pada perasaan.

To make matters worse, kita juga berpikir seperti itu. Laki-laki punya pikiran kotor, jorok, ngorok, keringetan, malas, berminyak hampir setiap saat. Dan jangan kamu kira kamu bisa ngebayangin apa yang muncul dalam pikiran seorang laki-laki. Lebih sering dari tidak, siapapun akan kaget dengan jenis pikiran dan ide yang muncul di otak laki-laki manapun.

Dan karena sebab diatas, pikiran yang paling jujur tidak bisa dituliskan dalam blog oleh laki-laki manapun. Terlalu kotor. Terlalu jorok.

Sukseslah mencari blog dengan nama beneran yang menuliskan pikiran laki-laki oleh laki-laki itu sendiri dengan kejujuran mendekati 100%.

Karena kalau pun ada, maka isi blognya akan terlalu kotor, terlalu jorok, terlalu menjijikkan untuk dibaca.

Penyair dan pujangga terhebat sepanjang masa adalah mereka yang bisa menyajikan pikiran paling kotor laki-laki dan membuatnya tertahankan.

DUA, sebab kedua adalah, laki-laki dewasa tidak sepatutnya mencurahkan perasaaan. Ini hal paling obvious dalam universitas laki-laki dewasa. Pelajaran pertama. Kuliah 101. Level 1. Introduction to Manhood.

Laki-laki dewasa tidak sepatutnya mencurahkan perasaan dan sepatutnya tidak menghiraukan perasaan-perasaan yang dia rasakan.

Dan itu bedanya laki-laki dewasa dengan laki-laki yang belum dewasa.

Dan kalau merasakannya saja sebetulnya tidak boleh. Bagaimana dengan mencurahkan (atau minimal menceritakan) perasaannya di blog? Very unlikely.

Seberapa beratnya kesulitan yang sedang kamu lewati, seberapa besarnya perubahan yang sedang kamu lalui. Laki-laki dewasa tidak pada tempatnya untuk berbagi dan berasa.

Tugasmu bukan untuk memiliki perasaan, tugas kamu adalah melindungi orang lain disekeliling kamu, termasuk melindungi mereka dari perasaan kamu.

Dunia tidak peduli kalau kamu sedang merasa. Kamu laki-laki. Kamu merasa? Boohoo. Ada banyak laki-laki lain didunia ini yang merasa seperti kamu, tapi mereka tidak mengeluh tentang perasaan itu. Tidak mencurahkan perasaannya. Tidak menampilkan perasaannya. Dan TENTUNYA tidak mengeblogkan perasaannya.

Dua hal diatas masuk akal dalam skema evolusioner dimana laki-laki akan berhadapan dan diharapkan untuk melakukan tindakan-tindakan menjijikan.

Mencari makan, membunuh lawan, mengusir setan. Dari lembah yang paling kotor ke sungai yang paling beracun. Dari tumpukkan sampah yang paling basah ke kubangan lumpur yang paling hitam.

Dan apa jadinya ketika dalam proses melakukan hal itu semua laki-laki ini mengeluh dan malah sibuk dengan perasaannya?

Berefleksi tentang apa yang sedang dialaminya, mengidentifikasi pelajaran-pelajaran yang dia dapatkan. Membuat daftar perasaan-perasaan yang mencoba mencari kesempatan muncul di hatinya.

Dan, GOD FORBID, menuliskan semua perasaannya itu dalam blog?

Oh tidak.

Laki-laki dewasa adalah tipe blogger terburuk yang pernah ada.

You only live twice…” kata Nancy Sinatra. One life for yourself and one for your dreams.

Walaupun ada permintaan mau ya mas, mau ya mas, mau ya mas, sang laki-laki dewasa harus memutuskan kapan dia harus ngeblog dan kapan dia bisa hidup dalam mimpi-mimpinya.

43 thoughts on “Laki-Laki Dewasa Adalah Tipe Blogger Terburuk”

  1. Kata teman saya yang terdeteksi masih abege, blog bukan dunia lelaki dewasa. Lelaki dewasa urus rumah tangga πŸ˜€ *moga dia ga ketemu Mas Enda*

  2. Bagi saya lelaki dewasa sangat perlu akan ngeblog karena banyaknya permasalahan hidup seringkali bisa terelaksasi dengan mencurahkan ke suatu media untuk bisa recovery atau rehat sejenak dari banyaknya permasalahan hidup…. Menahan diri untuk tidak mengaktualisasikannya bukanlah cara yang bijak dalam mengatasi problem hidup…Gentle tidak harus diam dan selalu mengatakan “aku” selalu “bisa” atau aku terlalu naif tuk bicarakan masalahku… tetapi pengaktualisasian diri juga harus diiringi dan diimbangi dengan sendi-sendi atau tatanan baku kelelakian yang menitikberatkan pada wacana hirarkis dan sentilan kedewasaan shingga bisa tercipta kedewasaan manunggal tanpa diembel2i kecengengan tetapi kelembutan yang sejati…. maaf Bung Enda jika komennya ngaco…hehehe

  3. Kalaupun nulis soal perasaan, biasanya ngga bisa panjang-panjang. Malah setelah diketik dan dibaca lagi, kok justru jadi pendek amat? Akhirnya malah nulis yang lain hehehe…

  4. Hai om Enda,

    Saya setuju banget loh, udah agak susah cari blog yang beneran personal. Dan saya pribadi pernah lo berfikiran untuk menjadikan blog sebagai media professional aja. Bahkan pernah sempet jadi, walaupun cuma media partner beberapa event, tapi setelah itu saya jadi merasa kehilangan feel ngeblog. Yang biasanya nge-blog se-terserah saya. Tetapi, karena ini untuk kepentingan media partner, jadi agak gimanaaaa gitu. Gak seratus persen dari hati sih jatohnya. Tapi sampai sekarang saya masih bersyukur bisa jadi salah satu blogger indonesia yang sampai sekarang masih merasakan nikmatnya ngeblog. Gak peduli, siapa yang mau baca. Gak peduli trafficnya gak setinggi para blogger yang seperti artis atau selebtwit lainnya. Yang menting, bisa nge-blog, bisa posting, bisa baca sendiri, seneng sendri, dan bisa jadi kenangan sendiri aja diumur tua nanti.

    Semoga kapan2 bisa ketemu ama om enda untuk ngobrol2 bareng πŸ™‚

  5. lelaki dewasa.. generasi blogger awal2.. masih ngeblog.. walaupun setahun cuma berapa kali. dan tulisan ini bikin terkepret. hahaha. pengen rajin ngeblog lagi ah. πŸ˜€

  6. #nusukkk #tertohok
    dan #uhuk

    sepertinya in one way or another, curah rasa lelaki pasti ada, dan kalau membludak di hati, justru harus ada,

    kalau nggak resikonya seseorang bisa jadi pembunuh 27 orang, termasuk ibunya sendiri dan 18 orang anak SD,

    jadi menurut saya, yah.. bad energy channeling harus ada sebelum menumpuk jadi pembenaran melakukan hal yang lebih buruk dan harmful,

    g harus ngeblog sih, sublimations as defense mechanism yg laen juga bisa dipakek, mungkin bisa ke experienceproject, yang penting biar orang gak merasa dia sendirian,

    cuman blog bisa jadi salah satu yg gampang, lebih deep dan ekstensif ketimbang di socmed laen ato yg punya trouble dg real life,

    dan dia berhak untuk menyembunyikan kelamin dan namanya (anonymous), justru anda yang tidak berhak menghakimi seluruh populasi lelaki hanya karena anda punya titit,

    dan sebenernya gak harus publicly published, blog yg pakek wordpress bisa di-set private, jadi jurnal pribadi, mungkin dibaca ntar pas hari tua atau sepeninggal kita,

    jadi, by case, saya tidak sependapat dengan argumen bahwa lelaki tidak semestinya mencurahkan isi hati di blog, musti lebih spesifik, isi hati yang gimana, dan in what circles, dan lainnya,

    everyone is fighting a great battle.

  7. saya mengikuti tulisan bung enda, sejak masih ngeblog di tripod.com (masih ada ga ya layanan ini..hehehe), dan juga menikmati interaksi2nya dulu di milis (indomovie, mu-rung, kritik-iklan). tapi ketiga milis ini kayaknya sudah mati… πŸ™‚ dari sini saja sudah kelihatan kalau saya juga sudah tua… hehehe…

    dan ini mau berkomentar karena tergelitik dg judulnya dan juga isinya yang memang sesuai dengan saya. dan memang saya rasakan sendiri, sebagai lelaki, ternyata memang blogger terburuk..hehehe..

  8. gara-gara tulisan ini saya jadi hapuuuussss semua tulisan saya yang tidak jujur sama diri sendiri. makasih mas Enda. you ‘er my ispiration.

  9. Abang bukan lagi dewasa tapi tua… ahahahak..
    ea nih makin banyak blogger yang menghilang, mungkin karena sudah merasa tua kali ea… secara kita kan masih berjiwa muda kan bang? ahaha

  10. Masalah laki-laki boleh curhat atau ga sebenernya debatable ya.

    Kalo di dunia blogger aku kurang tau, tapi kalo di dunia seni banyak contohnya. Misalnya album U2 yang How To Dismantle An Atomic Bomb, Isinya curhatan dia tentang ayahnya. Atau Album Maroon 5 yang Songs About Jane, isinya tentang hubungan Adam Levine ama pacarnya.

    Buat aku, laki-laki suka curcol lewat media apapun itu boleh asal jangan terlalu mendayu-dayu ajah πŸ˜›

    Anyway, setuju banget ama mas Enda masalah blog sekarang yang makin kurang sentuhan personalnya. Jaman sekarang orang lebih prefer ngetweet atau update status daripada ngeblog.

  11. Kabehanana dibaca ku aing. Seksis pisan ieu tulisan.

    Sambil ngetes, Gravatar masih diakui gak sih?

  12. saya setuju sama tipe laki-laki dewasa yang nomor SATU πŸ™‚

    seiring perkembangan jaman blog memang menjadi media yang multifungsi. dengan tujuan yang berbeda-beda.

    makanya ketemu blog “curhatan” ala laki-laki dewasa versi Enda yang seperti ini sudah jarang kita temui karena terselip diantara blog blog komersil tanpa sentuhan “personal”. butuh ke-khusuk-an untuk menemukannya ** lebay ah :)**

  13. “You only live twice…One life for yourself and one for your dreams. ”

    aaakkk.. kalimat di atas itu aku kenal banget, lirik lagunya Bjork “You Only live twice” artis idolaku..

    1. yg orisinilnya Nancy Sinatra Ndop, soundtracknya James Bond Movie dgn judul sama πŸ™‚

  14. Helda tertarik di poin tulisan tentang blog-blog sekarang yang memang lebih tertarik jadi media dan lebih objektif serta ter-pakar. Jarang yang ‘menumpahkan curahan hati’, kaya’ jaman-jaman dulu. πŸ˜€
    Helda jg terjebak nih dalam konsep ini. Kadang-kadang sebenarnya pengen lebih personal lagi. Semoga dalam waktu dekat bisa merealisasikannya, Pak Enda. Terima kasih atas tulisannya ini. πŸ˜‰

  15. menjajal menjadi komentator di blog ini untuk pertama kali, mohon ijin ya pak hehehe.

    saya punya salah satu mantan kawan, umurnya 25 tahun dan dia masih suka mencurahkan perasaannya alias curcol di blog. pokoknya kayak cewe banget deh. nah itu termasuk lelaki dewasa apa nggak? atau lelaki yang menyimpang? orangnya juga sensitif banget, udah banyak blogger yang gak suka sama dia -_-

    tp memang jujur, agak aneh juga kalo ada cowo yang segalanya musti dicurahin yaaaa, keliatannya cengeng gitu. tapi [lagi] kalo orang gak bisa mengekspresikan perasaan atau emosinya, kata dosen itu bahaya. bikin penyakit dan kematian malah hehehe :p (pernah ku bahas beberapa tahun lalu di http://kancut-beringas.blogspot.com/2010/11/alasan-kenawhy-cowo-cepet-mati-daripada.html hihihi postingan jadul #UUP #UjungUjungPromosi)

    pengen deh sesekali masuk ke dalam otak lelaki, pengen tau apa aja sih yang seringkali dipikirannya? sekotor apa gitu? hihihi (tapi berani kotor itu kan baik, ooom :p #KataRinso)

    kayaknya ini komen tergakpenting, maap ya :p

  16. Suka banget sama tulisan Mas Enda yg kali ini. Sebagai seorang lelaki dewasa (yg udah ngeblog sejak tahun 2002) dan sampe sekarang masih aktif nulis hal yg jorok2, saya sungguh merasa tertohok.

    Tapi memang setuju dengan kata2 Mas Enda. Jaman sekarang, kebanyakan yg ngeblog tuh ABG, dan mereka ngeblog bukan karena pengen ngeblog, tapi karena pengen jadi artis. Pengen jadi seperti Raditya Dika atau Mario Teguh, makanya mereka ikut2an ngeblog, dengan gaya bicara dan topik yg dimirip-miripin dengan sang idolanya.

    Udah jarang banget saya nemuin blog yg seperti blognya Mas Enda ini, yg bener2 cowo dan apa adanya. Mungkin memang bener jamannya udah berlalu ya? Blog sekarang cuma jadi tempat adsense plus tempat galaynya para ABG? Hehehe…

    Salam =)

    1. Yah, namanya ABG maklum saja, menjadi blogger yang “sejati” juga perlu proses. Sayangnya, saya nggak tahu, blog atau artikel Bang Enda ketika pertama ngeblog.

      Mungkin bagi Bang Enda, inilah tugas untuk memprovokasi menjadi “blogger dewasa” yang berani dengan tantangan dan bukan pengen jadi artis, pengen jadi seperti Raditya Dika atau Mario Teguh.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.